Kang Maman – [Tes] Keperawanan, Penting Gak sih?
Menjaga diri dan moral penting bagi
semua orang, tidak cuma perempuan tapi
juga laki-laki. Kalau keperawanan dijadikan ukuran moral, mari pertimbangkan
beberapa hal ini:
Pertama, secara fisik, selaput dara
bentuknya bermacam-macam; ada yang mudah sobek, ada yang bersifat madona—atau kami di kriminologi
menyebutnya seperti ‘pin to bar’—yang
tidak akan robek sampai kapan pun meski terjadi penetrasi berulang-ulang. Bahkan
kata dr. Boyke, ada yang tidak memiliki selaput dara.
Dan robeknya selaput dara juga bisa
bukan karena penetrasi, tapi karena
kecelakaan atau karena olahraga tertentu. Bahkan, keputihan yang lama bisa
menipiskan dan merobek selaput dara. Dan ada saudari kita perempuan, yang
terenggut keperawanannya bukan karena kehendaknya, tapi karena paksaan, kekerasan, dan perkosaan. Apakah kita ingin
menutup akses pekerjaan kepada mereka dan malah membuat mereka menjadi trauma
karena harus mengingat kembali hal itu? Bahkan malah memberi stigma yang abadi
di jidat mereka ketika ditanya, “Kok kamu tidak lulus kerja?” “Karena tidak
perawan.”
Oh iya, apakah kita bisa membedakan selaput dara
yang asli dan selaput dara hasil operasi?
Yang kedua, secara sosiologis, apa gunanya kita mendengang-dengungkan konsep Kesetaraan dan
Keadilan Gender kalau simbol kesucian
hanya diberikan kepada perempuan, tidak kepada lelaki yang tidak bisa kita
ketahui secara medis dan fisik apakah dia masih perjaka atau tidak? Padahal, salah
satu hal yang bisa merenggut keperawanan itu, yang bisa merampas keperawanan
itu, yang bisa memerkosa perempuan dalam konteks heteroseksual adalah
laki-laki.
Terakhir, “Jangan rendahkan martabat dan harkat
kemanusiaan orang lain,” kata dr. Boyke. Membiarkan praktik diskriminatif,
adalah pengingkaran jaminan konstitusi pada hak warga negara. Dan, jangan pernah
menutup pintu kepada orang yang ingin memperbaiki masa depannya.
Jika kita tidak ada di masa lalunya, tidak ada hak
kita untuk mengadili masa kininya. (Maman Suherman).
0 komentar:
Posting Komentar