Kang Maman – Indigo
Dia yang ada di atas sana, tentu punya maksud dalam setiap penciptaan-Nya—yang diciptakan-Nya dengan penuh kasih. Jadi, terimalah anak-anak kita; laki-laki,
perempuan, putih, hitam, kuning, sawo matang, karena setiap anak itu spesial, istimewa.
Saya jadi teringat Elena Desserich, seorang anak kecil berusia 6 tahun,
yang seperti anak indigo lainnya, ia sudah bisa menebak kapan ia meninggal
ketika diputuskan dia menderita kanker otak. Selama dia diputuskan menderita
kanker otak, ia mulai menyembunyikan ratusan surat cinta kecil di sekitar
rumah agar kelak ketika ia meninggal, orang tuanya tidak merasa kehilangan.
Ia menulis kecil-kecil selama 255 hari. Ia tulis surat cinta dan dia sembunyikan sampai akhirnya dia meninggal pada tahun 2007. Dan baru setelah kematiannya, orang tuanya menemukan ratusan surat Elena yang disembunyikan di antara bungkus CD, rak buku, di laci meja, di ransel orang tuanya, yang baru diketahui setelah Elena meninggal.
Ia menulis kecil-kecil selama 255 hari. Ia tulis surat cinta dan dia sembunyikan sampai akhirnya dia meninggal pada tahun 2007. Dan baru setelah kematiannya, orang tuanya menemukan ratusan surat Elena yang disembunyikan di antara bungkus CD, rak buku, di laci meja, di ransel orang tuanya, yang baru diketahui setelah Elena meninggal.
Ia sangat tahu kapan akan pergi, dan ia ingin meninggalkan
butiran-butiran cinta yang tak terlupakan. “Ini benar-benar seperti pelukan kecil dari dia, seperti dia
mengatakan bahwa dia ada di atas, tapi dia tetap melihat dan bersama kami,” kata
kedua orang tuanya.
Jadi, sekali lagi, setiap anak itu spesial. Ia kado istimewa buat ibu bapak,
keluarga, dan lingkungannya. Jadi, terima dan cintailah apa adanya karena mereka
lahir dari cinta kita, atas karunia Sang Maha Cinta.
Jadi, kecup sayang kami untuk anak-anak kami tercinta, yang indigo, yang autis[me], yang ADD [Attention
Deficit Disorder], yang ADHD [Attention
Deficit Hyperactivity Disorder], dan semua anak-anak Indonesia lainnya karena kalianlah bintang-bintang di
langit kehidupan kami: Harapan yang menyinari kami. (Maman Suherman)
0 komentar:
Posting Komentar