Kang Maman – Momongan, oh Momongan
Demi mendapatkan momongan, ibu rela bertaruh nyawa. Ibu bagai akar
pepohonan; memberi dalam hening, rela terpijak dan terbenam agar pepohonan
hidup subur.
Ketika daun makin subur, bunga kian mekar, dan buah kian ranum, akar
hanya tersenyum mengendap—dalam senyap.
“Anak baik yang dijadikan tamu istimewa oleh orang tuanya,” kata Pak
Jarwo. “Momongan yang tak cuma dibesarkan dengan omongan,” kata Cici Panda, yang
terlahir dalam keridaan dan di jalan
yang di ridai-Nya, insya Allah tahu
berbalas budi karena sadar: Tanpa akar, pohon akan kering dan meranggas.
Teringat kisah Robby, anak usia 11 tahun, yang didaftar ibunya untuk
ikut les piano di Iowa. Ketika ditanya mengapa mau kursus, jawabannya sederhana,
“Karena ibu selalu ingin mendengarku bermain piano.”
Dan pada satu saat, Robby tak muncul-muncul lagi, dan gurunya bukannya sedih tapi senang karena tahu Robby tidak terlalu mampu bermain musik. Tetapi ketika hari-H pertunjukan, Robby tiba-tiba muncul dan memaksa untuk bermain. Tak ingin menyakiti hati Robby, sang guru membolehkannya tampil terakhir agar sang guru bisa mengoreksi kesalahannya. Apa yang terjadi?
Robby sangat lincah dan mampu memainkan jemarinya di atas tuts piano, memainkan Mozart’s Concerto #21 dalam C Mayor yang sangat menakjubkan! Sang guru langsung memeluk dengan air mata bangga. “Bagaimana kamu bisa bermain sehebat itu?”
Melalui pengeras suara, Robby berujar, “Ibu masih ingat kan, saya pernah bilang ibu saya sakit? Sebenarnya dia kanker, dan meninggal pagi tadi. Dan sebenarnya, ibu saya selalu mengatakan ingin mendengar saya bermain piano, padahal ibu saya tuli sejak lahir. Jadi hari ini, saya bermain piano, dan inilah hari pertama saya percaya ibu saya mendengar saya bermain piano dari surga di atas sana.”
***
Cinta ibu yang diridai-Nya
akan berbalas cinta momongan. Cinta suci di dalam jalan suci akan berbalas dan
akan terbalas dengan cinta yang suci.
Untuk Jupe [Julia Perez] dan perempuan-perempuan lain:
“Tak mesti menjadi ibu biologis, tetapi tetap bisa menjadi ibu mulia dengan menjadi ibu yang sosiologis. Hanya orang kuat yang diberi cobaan Yang Maha Kuasa.”
“Tak mesti menjadi ibu biologis, tetapi tetap bisa menjadi ibu mulia dengan menjadi ibu yang sosiologis. Hanya orang kuat yang diberi cobaan Yang Maha Kuasa.”
Dan untuk
kita semua, sudahkah kita menyenandungkan doa dan “lagu cinta” di telinga ibu
kita tercinta, malam ini? (Maman Suherman)
0 komentar:
Posting Komentar