Kang Maman – Jualan Privasi, Siapa Mau Beli?
“Pernikahan itu diumumkan untuk menghindari fitnah,” kata Ust. Wijayanto.
Dan, pernikahan itu pada intinya, penyatuan dua hati dalam sebuah sumpah suci
yang menggetarkkan arasy Allah. Dan itu berbeda dibanding ruang pamer, atau
tempat pameran.
Dan, jangan jadikan ruang suci itu hanya untuk tempat makan orang-orang
kenyang.
Adalah hak setiap orang untuk menutup rapat-rapat rumahnya, atau memilih
membuka lebar-lebar pintu rumahnya, dengan catatan: harus siap menerima risiko
atas putusannya itu.
Berkaitan dengan selebriti, sering ada dalil yang rada-rada aneh bahwa,
“Selebriti adalah dunia tanpa privasi.” Mereka berdalih, selebriti itu ibarat
buku terbuka; semua orang berhak tahu dan bebas membukanya selembar demi
selembar. Dan tidak jarang, ada seleb yang ikut menikmatinya, apalagi kalau
lembar demi lembar halaman itu ada advertensi atau iklannya—yang tadi
disindir Pak Jarwo sebagai ‘simbiosis
mutualistis’.
Kalau percaya dengan dalil itu silakan saja, tapi percayalah, pada
hakikatnya ruang privasi dan ruang publik adalah dua dunia yang terpisah. Dan
bagi banyak orang, bagi banyak institusi, wajib dipisahkan meski saling
memengaruhi satu sama lain.
Dalam agama Islam, misalnya, seperti disebutkan oleh Ust. Wijayanto:
Dari Asma' binti Yazid dikatakan, dalam satu majelis Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wa sallam] sementara kaum laki-laki dan wanita duduk di situ. Rasulullah berkata, “Barangkali seorang laki-laki menceritakan hubungan intim yang dilakukannya bersama istrinya? Atau sebaliknya, wanita menceritakan hubungan intim yang dilakukan bersama suaminya?”
Dari Asma' binti Yazid dikatakan, dalam satu majelis Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wa sallam] sementara kaum laki-laki dan wanita duduk di situ. Rasulullah berkata, “Barangkali seorang laki-laki menceritakan hubungan intim yang dilakukannya bersama istrinya? Atau sebaliknya, wanita menceritakan hubungan intim yang dilakukan bersama suaminya?”
Orang-orang diam saja. Kemudian berkata, “Demi Allah, benar wahai
Rasulullah. Sesungguhnya kaum wanita melakukan hal itu, demikian juga kaum
pria.”
Rasulullah pun bersabda, “Jangan lakukan! Sesungguhnya hal itu seperti
setan laki-laki yang bertemu dengan setan perempuan di jalan, lalu keduanya
bersetubuh sementara orang-orang melihatnya.”
Terakhir, kalau kita ingat segmen pertama tadi, ada teriakan Pak
Komeng, “Remote, remote, remote.” Itu
mengingatkan kita kepada para pemirsa yang matang dan tidak lagi berlaku pepatah, “Elu jual, gua beli,” tapi yang ada: “Elu jual, gua pilah, di tangan gue ada remote.” (Maman Suherman)
0 komentar:
Posting Komentar