Temukan saya: @irwanzah_27 di Twitter & @isl27 di Instagram

Rabu, 18 Juni 2014

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 18 Juni 2014 (Bollywood)

Kang Maman Bollywood

Menonton sinema Indi yang sejarahnya telah mencapai 101 tahun adalah menyaksikan 1 paket karakter khas film India. Paduan lagu-lagunya riuh akan berbagai instrumen tradisional khas India, ditambah tarian yang dilakukan secara massal dan penuh energi dengan drama romantisme antara tokoh utama yang rata-rata happy ending.

Sekadar ilustrasi, ada satu film India, Indra Sabha, judulnya, isinya 71 buah lagu yang dinyanyikan hanya oleh 2 orang. Kalau kita amati dengan sungguh-sungguh, kita juga bisa lihat bahwa film India punya karakter yang kuat yang tidak asal jiplak dari Hollywood.

Di dunia Hollywood dikenal banyak melahirkan superhero, sementara di India melahirkan super love; film-film cinta. Dengan karakter kuat yang seperti itu, industri film India bisa berkembang dengan dahsyat. Di tahun 30 saja sudah memproduksi 200 film setahun, dan di tahun 2000-an, Bollywood dari Bombai—atau Mumbai sekarang—sudah menghasilkan sampai 1000 film setahun. Itu belum dari 2 daerah lainnya yang dikenal sebagai Tollywood dan Kollywood yang sering digabung sebagai Hollywood.

Pertanyaan mendasar, apakah film India itu potret realita masyarakat?

Seorang penulis India, Javet Akhtar, mengatakan, film Hollywood memang merefleksikan apa yang terjadi dalam masyarakat, tapi itu refleksi keinginan, harapan, nilai, dan tradisi.

Film India bukan refleksi realita, melainkan refleksi impian masyarakat—baik dalam keseharian maupun dalam berkesenian. Tak boleh cuma menjadi bangsa penjiplak meski bangsa lain, kata Cak Lontong dengan satire, “punya hujan emas di negerinya.”

Tokoh itu Mahatma Gandhi, dia berujar, “Mereka bangsa mana pun tidak dapat mengambil harga diri kita kalau kita tidak memberikannya kepada mereka.”

Hollywood boleh hebat, Bollywood boleh dahsyat, impian untuk terus membangun industri perfilman Indonesia harus terus diwujudkan agar bioskop Indonesia tak cuma diisi oleh Hollywood dan Bollywood.

Di India boleh ada Shahrukh Khan, boleh ada Salman Khan, di Indonesia TAK BOLEH PADAM HARAPAN! (Maman Suherman)
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

99 Mutiara Hijabers

99 Mutiara Hijabers
Klik gambar untuk membeli

Bandung Konveksi Kaos

Bandung Konveksi Kaos
konveksi kaos murah
Diberdayakan oleh Blogger.

Arsip Blog

Twitter