Dari semua yang dibicarakan tentang black campaign hari ini, itu tergambar jelas dalam salah satu lirik yang paling indah menurut saya, digambarkan dengan tepat oleh Iwan Fals dalam lagu Sumbang:
“...
Lusuhnya kain bendera di halaman rumah kita
Bukan satu alasan untuk kita tinggalkan
Banyaknya persoalan yang datang tak kenal kasihan
Menyerang dalam gelap”
(Nah, ini karakter para pelaku black campaign:)
Lusuhnya kain bendera di halaman rumah kita
Bukan satu alasan untuk kita tinggalkan
Banyaknya persoalan yang datang tak kenal kasihan
Menyerang dalam gelap”
(Nah, ini karakter para pelaku black campaign:)
Ia “Memburu kala haru dengan cara main kayu
Tinggalkan bekas biru lalu pergi tanpa ragu”
Mereka adalah “Setan-setan politik
Yang selalu datang mencekik
Walau di masa paceklik
Walau di masa paceklik
Tetap mencekik
Apakah selamanya politik itu kejam?
Apakah selamanya dia datang 'tuk menghantam?
Atau memang itu yang sudah digariskan
Mereka cuma bisa menjilat, menghasut, menindas, dan memperkosa hak-hak sewajarnya”
Apakah selamanya politik itu kejam?
Apakah selamanya dia datang 'tuk menghantam?
Atau memang itu yang sudah digariskan
Mereka cuma bisa menjilat, menghasut, menindas, dan memperkosa hak-hak sewajarnya”
Mereka
adalah “Maling teriak maling
Sembunyi balik dinding
Pengecut, lalu lari terkencing kencing
Tikam dari belakang
Sembunyi balik dinding
Pengecut, lalu lari terkencing kencing
Tikam dari belakang
Lawan lengah diterjang
Lalu sibuk mencari kambing hitam
...”
Lalu sibuk mencari kambing hitam
...”
Lagu Iwan ini
sungguh abadi dan entah berakhir sampai kapan. Dan dari pembicaraan tadi, ada
pesan yang sangat menarik disampaikan teman-teman di sini bahwa sedari awal,
sadarkah kita bahwa sosok yang dikampanye-kotorkan adalah saudara kita sendiri
juga? Sadarkah bahwa salah satu strategi terendah dalam kehidupan manusia adalah
merendahkan orang lain serendah-rendahnya agar diri sendiri terlihat lebih
tinggi?
Padahal sungguh
lebih elegan jika diri kita memang lebih tinggi karena orang lain mengakui
bahwa kita memang lebih berkualitas, lebih berprestasi, dan lebih hebat
dibanding orang lain.
Para
pelempar sampah ke halaman orang lain biasanya pemilik sampah yang rumahnya
sendiri sudah tidak bisa menampung sampah yang dimilikinya.
Jadi, daripada menjadi pemfitnah dalam bidang politik, lebih indah mendengar kata mantan
presiden Amerika Serikat, Richard Nixon:
“Daripada
menjadi tukang fitnah, lebih baik menyikat lantai dan mencuci pispot karena
itu sama mulianya seperti menjadi presiden.” (Maman Suherman)
ga bisa di copas -_-
BalasHapus