Kang Maman – Libur Telah Tiba
Sepanjang 2016, pulau yang berhasil diverifikasi pemerintah Indonesia
mencapai 14.572 pulau, dan yang sudah ditetapkan oleh PBB 13.466 pulau. Kalau
saja kita mau berwisata ke pulau-pulau di Indonesia saja, dan setiap pulau
cukup dikunjungi lima hari, perlu waktu 199,6 tahun untuk mengunjungi semuanya.
Dengan rata-rata usia harapan hidup perempuan Indonesia 72,7 tahun, dan prianya
68,4 tahun, kita perlu hidup-wafat-hidup-wafat, dan hidup lagi untuk
menjelajahi seluruh pulau di negeri tercinta ini.
Tapi jika juga ingin berlibur ke luar negeri, seperti yang disampaikan
anak-anak tadi, tidak jadi mengapa. Toh setiap orang punya hak pilih untuk
menentukan tujuan beriburnya. Yang penting, berlibur itu menemukan kenyamanan;
jika tidak nyaman, bukan berlibur namanya.
Bukankah terminologi libur adalah hari di mana kita dapat menentukan apa
yang kita lakukan tanpa ada tekanan dan tanpa keterpaksaan?
Dan terakhir, ada yang mengatakan, “Di mana pun Anda berada sekarang,
selalu ada tempat unik dalam radius 10 kilometer untuk dijadikan tempat libur
yang sederhana.”
Jadi, sekali lagi, libur bukan persoalan tempat, tapi persoalan
nyaman, membahagiakan, dan menyenangkan. Dan tergambar dari isi tas
anak-anak kita tadi yang sangat beragam: yang berisi mainan-mainan yang menyenangkan
dan membahagiakan mereka. [segmen 2]
***
Betul Mandalika di Lombok dan Morotai di Maluku Utara.
Mau liburan tipe ketenangan yang kontemplatif ke tempat yang tenang, atau
tipe petualangan penuh stimulus ke tempat yang penuh gelora ombak, menggunakan
biro jasa perjalanan atau tidak, silakan. Yang penting—sekali lagi—liburan itu membebaskan
dan membuat happy atau menyenangkan.
Yang indikatornya, kata Kang Denny, terlihat selepas liburan.
Sejalan dengan frasa “liburan dan produktivitas adalah dua hal yang
saling mendukung”, dan juga sejalan dengan penelitian: prestasi orang yang
sering berlibur lebih cemerlang daripada orang yang menyiksa dirinya dengan
bekerja terus menerus.
Karena dunia kerja, adalah penjara menyeramkan jika di dalamnya tidak
terdapat liburan. [segmen 4]
***
Kalau menyimak dengan saksama pembicaraan tadi, bertabur mutiara kebijaksanaan
tentang berlibur.
Satu, “Pengalaman itu tak ternilai,” kata Tasya. Berlibur mungkin mahal,
tapi memberikan kebahagiaan yang jauh lebih mahal dan berharga.
Kedua, bekerja tanpa liburan adalah perjalanan sukses yang panjang, membosankan,
dan penuh penderitaan.
Ketiga, liburan menegaskan dan membuat kita semakin yakin kalau kita
adalah orang yang bebas dan merdeka.
Poin terakhir tadi dari Ronal dan Kang Denny:
Berlibur bukan soal tempat, tapi soal dengan siapa (soal sosok).
Saya jadi teringat satu ayat dalam Al-Qur’an—kira-kira tafsirannya
seperti ini:
Bukankah Kami menciptakan kamu dari air yang hina, kemudian kami letakkan
dia di dalam tempat yang kokoh—[(yang kita sebut rahim)]—sampai waktu yang
ditentukan. Lalu Kami tentukan bentuknya, maka Kami-lah sebaik-baik yang
menentukan.
Rahim digambarkan sebagai sebuah tempat yang sungguh sangat luar biasa,
kokoh dan aman. Menyediakan ruangan isolasi terhadap gangguan yang berasal dari
luar, dan terutama melindungi bayi dari shock
dan tekanan.
Nah, libur terindah, adalah pulang kembali ke pemilik tempat yang paling
kokoh, aman dan nyaman. Pemilik tempat itu, tempat di mana pertama kali kita
tumbuh dan merasa sangat aman, sang pemilik rahim: ibu.
Jadi, selamat berlibur, selamat kembali ke dalam pelukan pemilik rahim, yang
aman, nyaman, hangat, dan membebaskan. (Maman Suherman)
0 komentar:
Posting Komentar