Kang Maman – Menang Kalah yang Penting Asyik (Pilkada DKI)
Dalam politik, tak ada yang bisa menduga 100 persen
hasilnya. Dan itu bagus, karena jika semua yang akan terjadi dalam sebuah
kontestasi sudah bisa diprediksi hasilnya sedari dini, itu artinya, hasilnya
sudah menjadi sejarah jauh sebelum hasil itu sendiri diumumkan. Seperti yang
negeri ini pernah rasakan, dan karenanya reformasi diperjuangkan dan
diwujudkan—termasuk reformasi birokrasi yang disebutkan Desy Ratnasari.
Dan dalam politik, juga dalam hal apa pun, kalau ada
kata-kata yang menyakitimu, begitu Ali bin Abi Thalib mengingatkan, “menunduklah”
dan biarkan ia “melewatimu”.
Kemenangan itu ujian, kata Kang Denny. Sandiaga menjawab, “Yang
baik di era Pak Ahok, akan diteruskan. Yang belum pas, pasti akan diperbaiki.”—termasuk
soal anggaran responsif gender, yang juga diingatkan Desy.
Dan kunci menghadapi ujian, yang Anies Baswedan dan
Sandiaga Uno tentu sudah sangat tahu—dan tadi juga diingatkan Ari dan Desy:
Kepemimpinan itu tindakan, bukan jabatan, bukan
semata-mata ucapan. [segmen 3]
***
2018 akan ada pilkada serentak, pencoblosan pada 27 Juni
2018, di 171 daerah; 17 provinsi, 39 kota, 115 kabupaten. Peringatan Desy
menarik untuk direnungkan:
Kepada siapa saja, kalau mau maju, harus bukan sekadar
maju.
Poin kedua, kegembiraan dan kepedihan seperti halnya
kemenangan dan kekalahan, bagai digilir kehadirannya oleh Yang Mahakuasa, agar
masing-masing pihak mendapat pengalaman sama: pernah sedih, pernah gembira,
pernah menang, pernah kalah. Semoga pengalaman ini memberi sumbangsih pada
kematangan dan kedewasaan berpolitik di masing-masing pihak. Agar di masa
mendatang, semuanya bisa menjadi lebih bijak dalam bersikap, dan lebih luas
serta lapang dalam berempati.
Ajaran sederhana pun menjadi bermakna tidak sederhana—tadi
disinggung oleh tokoh asal Perancis yang diperankan Ronal:
Jangan ada yang kelewatan. Jangan kelewatan senang,
jangan kelewatan sedih. Karena semua yang kelewatan (segala yang
berlebihan), pasti buruk akibatnya—termasuk dalam berpolitik. Apalagi kita
tahu semuanya: Politik, bukanlah panglima yang menjadi penentu kebahagiaan
hidup.
Terakhir:
Rakyat itu selamanya, pejabat itu sementara. Jabatan itu hak
pakai, bukan hak milik. (Maman Suherman)
0 komentar:
Posting Komentar