Kang
Maman – Fenomena Ibu-Ibu Sosmed
Indonesia adalah negara nomor lima paling cerewet di
Twitter, dan Jakarta nomor satu di dunia, 15 tweet per detik—dan tidak
ada bedanya laki-laki dengan perempuan. Dan, perempuan punya hak untuk bersuara,
kata Karput [Kartika Putri], melalui medium apa saja, sebagaimana kaum pria.
Galak—jika
dimaknai sebagai lantang dan berani bersuara, tak boleh mendiamkan segala
ketidakadilan—boleh, bahkan teramat boleh. Apalagi untuk meneriakkan dan
melawan ketidakadilan. Contoh sederhana, jika kita dua jam saja menonton
televisi hari ini, pada saat bersamaan, ada tiga perempuan di Indonesia yang mengalami kekerasan seksual. 35 menjadi
korban setiap hari! Dan persoalannya bukan persoalan rok mini, tetapi persoalan
otak mini para pelakunya.
Dan kaum
lelaki pun tidak boleh tinggal diam terhadap fenomena ini. Karena kekerasan
seksual, bukan persoalan perempuan semata, tapi persoalan kemanusiaan. Persoalan
dan penyebab kekerasan, sekali lagi, bukan rok mini, jadi bersuaralah demi
tujuan tegaknya kebenaran, bukan semata kenyinyiran. [segmen 2]
***
The power
of emak-emak. Dua ibu yang hadir malam ini membuktikan, media sosial (dunia
maya) adalah sawah, ladang, pabrik, kantor, sekaligus ruang pamer produk dan
karya yang tak berbatas dan tak terbatas, untuk kehidupan dan menunjang
kehidupan di dunia nyata.
Kuncinya,
kata Ronal, think before tweet. Pikir sebelum gerakkan jempolmu, yang
dalam bahasa Indonesianya bermakna: media sosial
akan bernilai positif jika jempolmu menuangkan dan menuliskan hal-hal yang: perlu,
meng-inspirasi, memberi kekuatan, isinya baik dan benar,
dan syukur-syukur bernilai ekonomis. [segmen 4]
***
Ada tiga
poin penting yang kita dapat hari ini. Yang pertama, kalau kita menyimak dengan
serius, kita pasti ingat kalimat Kang Denny di segmen 1 yang menyiratkan:
Laki-laki
dan perempuan tak ada yang sempurna. Tetapi mereka bisa menyatukan jiwa,
meneguhkan akad, bersatu, berjalan seiring untuk saling menyempurnakan. Itu
yang pertama.
Yang kedua, berada
di ruang publik atau di ruang privat, di dunia nyata atau di medsos yang kerap
kita sebut sebagai dunia maya, bapak atau ibu sendiri yang memutuskan:
Terhadap
anak-anakmu, engkau itu father atau other, mother atau other (orang tua atau
orang lain) bagi anak-anak.
Dan yang
ketiga:
Ibu kita,
bagi dunia mungkin hanya seseorang. Tetapi bagi kita, ibu kita adalah dunia.
Jadi, jangan
pernah remehkan the power of ibu. (Maman Suherman)
0 komentar:
Posting Komentar