Kang
Maman – ILK Perbincangan Publik
Dari segmen
pertama dan kedua ini, kita dapat beberapa poin. Masihkah kami semua di sini bisa
berharap, di era pilkada, di mana pun di negeri ini, yang kami dengar adalah
kalimat: “Yang kuperlukan kasih sayangmu, bukan pedangmu, bukan lidah tajammu.
Yang kami perlukan cintamu, bukan cacimu, bukan bencimu, bukan hoax-mu, dan
juga bukan laporanmu.”
Dan, kata
kuncinya:
Daripada saling lapor tanpa data dan tanpa verifikasi, asal bunyi, mbok ya ingat kata Ronal tadi, utamakan musyawarah. Katanya kita Pancasilais, kok lupa dengan sila-silanya?
Daripada saling lapor tanpa data dan tanpa verifikasi, asal bunyi, mbok ya ingat kata Ronal tadi, utamakan musyawarah. Katanya kita Pancasilais, kok lupa dengan sila-silanya?
Dan kalaupun
harus melapor, melaporlah secara objektif, bukan untuk ngobjek.
[segmen 2]
*Segmen 1
& 2: Lapor vs Lapor
***
Presiden
boleh saja meminta tukang cukur atau rakyatnya untuk memotong rambutnya bahkan
memegang kepalanya agar penampilannya menjadi rapi. Sebaliknya, rakyat berhak
meminta pemimpinnya untuk tidak memotong harapan mereka, tetapi mewujudkannya
tepat di sasaran—seperti busur panah yang menancap di titik sasaran paling
tengah.
Dan satu
yang tak boleh dilupa—tadi disinggung oleh Mas Jarwo di segmen sebelumnya, saat
kursi Kang Denny patah:
Hai, pemimpin,
kursi kuasamu tidak abadi. Kalau sudah duduk, jangan lupa berdiri! [segmen
3]
*Segmen 3:
Jokowi Effect
***
Tak tertera
di kalender, tapi ketahuilah, 15 Oktober adalah Hari Hak Asasi Binatang. Setiap
binatang punya sejumlah hak untuk hidup layak dan tidak menderita. Seperti
manusia, binatang juga punya hak untuk hidup bebas di alamnya dan untuk
melahirkan generasi berikutnya. Dan bila dilanggar, manusia pelanggarnya bisa
dikenai KUHP pasal 302, pidana penjara dan atau denda.
Dan secara
keseluruhan, episodik malam ini seperti mengingatkan:
Kepada para
pemimpin (formal maupun informal), silakan saja saling melapor, silakan saja
memanfaatkan media sosial untuk menyampaikan pikiran, tapi ingat, kami hidup,
kami sujud dan akan dikebumikan di sini. Ini Indonesia,
rumah kami, dan kami tak mau menghancurkannya dan tak mau melihatnya hancur
hanya karena persoalan pilkada.
Pemimpin itu
perekat yang merekatkan, bukan peretak yang meretakkan bangsa. (Maman
Suherman)
*Segmen 4: Alexis
oh Alexis & Photoshop oh Photoshop
*Segmen 5: Beruangku
Malang