Kang
Maman – Simbol-Simbol yang Nongol
Melihat Pak
Jokolit berbusana jaket bomber dan dikomentari oleh teman-teman tadi, teringat
pada busana adat Jawa yang kepala sampai kaki memiliki perumpamaan atau
pralambang tertentu. Penuh piwulang sinandhi, ajaran tersirat yang terkait
dengan filosofi Jawa. Ajaran untuk melakukan segala sesuatu di dunia ini secara
harmoni, yang berkaitan dengan aktivitas sehari-hari, dalam hubungannya dengan
sesama, dengan diri sendiri, maupun dengan Tuhan yang mahakuasa, pencipta
segala sesuatu di muka bumi ini.
Tidak
mungkin, kan, pemimpin sekadar gaya-gayaan? Atau kita yang terlalu berlebihan
mencari makna atas apa yang dikenakan pemimpin?
Teringat
pada makna udheng yang dikenakan pada bagian kepala. Udheng
berasal dari kata mudheng, artinya mengerti dengan jelas. Maknanya, manusia
akan memiliki pemikiran yang kukuh bila sudah mudheng atau memahami
tujuan hidupnya. Manusia memiliki fitrah untuk senantiasa mencari
kesejatian hidup sebagai sangkan paraning dumadi. Dan makna lain dari udheng,
adalah agar manusia memili keahlian, serta dapat menjalankan pekerjaannya
dengan pemahaman yang memadai karena memiliki dasar pengetahuan.
Dan saya
percaya, kita semua percaya, pemimpin kita tahu hal itu. [segmen 2]
***
Simbol atau
lambang telah lama digunakan oleh bangsa-bangsa di dunia, hampir di semua aspek
kehidupan, sebagai sarana komunikasi dengan masyarakat atau pihak lain.
Simbol
merupakan wahana yang efektif. Mudah dan praktis untuk menyampaikan pesan,
gagasan maupun identitas, dan untuk merebut perhatian. [segmen 4]
***
Simbol
mengirim banyak pesan. Perhatikan pelat nomor dan tempelan di pelat kendaraan.
Itu bisa memberi tanda atau sinyal bahwa: “Saya pejabat negara”, “saya wakil
rakyat”. Dan seperti disimbolkan oleh seorang komposer, yang punya pelat mobil
B 100 LA: “Saya pemain biola”. Atau, misalnya, B 515 NS, menggambarkan
pemiliknya adalah SIS N.S.. Jadi, ia bisa juga jadi identitas atau tanda diri.
Simbol juga
bisa bagian dari gaya atau gaya-gayaan. Dengan stiker tertentu menggambarkan: “Saya
alumnus kampus ternama anu”, “saya anggota ormas anu” atau “anggota korps anu.
Jadi, jangan macam-macam!” Padahal, belum tentu dia anggota seperti yang
terpesankan di stiker itu. Karena stiker mudah saja dibeli dan mudah saja dibuat.
Jadi, sekali lagi, simbol pun bisa jadi gaya atau gaya-gayaan buat nakut-nakutin
atau sok hebat.
Terakhir:
Simbol, jika
tidak dipahami, asal pasang, baik di kendaraan dan di baju, misalnya, dan
ternyata itu simbol organisasi terlarang, maka simbol juga bisa membuat celaka!
Dan simbol
terbaik adalah:
Bukan cuma KATANYA,
tapi NYATANTA.
Simbol terbaik
adalah satunya tanda, kata, dan perbuatan. (Maman Suherman)
saya atas nama BPK. SAMSUL dari MADURA ingin mengucapkan banyak terimah kasih kepada MBAH KARYO,kalau bukan karna bantuannya munkin sekaran saya sudah terlantar dan tidak pernaah terpikirkan oleh saya kalau saya sdh bisa sesukses ini dan saya tdk menyanka klau MBAH KARYO bisa sehebat ini menembuskan semua no,,jika anda ingin seperti saya silahkan hubungi MBAH KARYO no ini 082301536999 saya yakin anda tdk akan pernah menyesal klau sudah berhubungan dgn MBAH KARYO dan jgn percaya klau ada yg menggunakan pesan ini klau bukan nama BPK. SAMSUL dan bukan nama MBAH KARYO krna itu cuma palsu.m
BalasHapus