Kang Maman –
Dangdut Masa Kini dan Masa Lalu
Yang
pertama, dangdut itu bukan jiplakan musik asing. Ia mengalami proses ATM+I
(amati, tiru, modifikasi, dan inovasi). Menggabungkan unsur Hindustani, Melayu,
dan Arab, yang bercirikan dentaman tabla yang bisa diganti ketipung dan
gendang.
Dangdut itu
penyebutannya merupakan onomatope—istilahnya. Onomatope dari suara tabla yang
didominasi bunyi “dang-dut-dang-dut” tetapi tidak statis—seperti kata
Jenita Janet dan Kristina. Mampu berkembang menjadi bermacam-macam genre karena
perkawinan dengan warna musik lain.
Yang kedua,
siapa bilang lirik lagu dangdut itu jelek? Coba dengar apa yang terpesankan dari
lagunya Jaja Mihardja: Cinta itu harus suci, harus setia; tidak boleh seperti
sabun mandi, yang makin dipakai makin tak wangi. [segmen 2]
***
Dangdut dulu
dan dangdut sekarang bukan dua kutub yang bertentangan. Tapi satu
kesatuan yang bersambungan, demikian pula dengan dangdut dan dangdutan. Prestasi
telah menembus dunia. Disiplin yang utama, kata Mang Jaja, dan sensasi cuma
selingan.
Jadi, mari
nikmati goyangan, yuk ajojingan, tapi jangan sambil mabuk dan mudah ngamuk
kalau senggolan. Karena seni dan seniman, senang dan cinta damai.
Terakhir,
ingat:
Musik
dangdut bukan musik kampungan, tapi musik jempolan. Buktinya, begitu
tabla, ketipung dan gendang dientak, seruling mengalun, penyanyi bergoyang,
jempol siapa pun otomatis bergoyang.
Jadi,
dangdut dan dangdutan, sungguh jempolan. (Maman Suherman)
lawak
BalasHapus