Kang Maman – Maaf di Jempol, Maaf di Hati
Imam Malik rahimahullah
pernah menangis ketika hendak berbuka puasa. Saat ditanya oleh muridnya,
“Kenapa guruku menangis?” Imam Malik menjawab, “Aku sedih melihat makanan yang
banyak ini karena teringat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Baginda Nabi berbuka dengan makanan yang sedikit tapi ibadah beliau
sangat banyak. Sedangkan aku, berbuka dengan makanan yang banyak tapi
ibadahku sangat sedikit.”
***
Dan hari ini
baru saja aku terima selembar surat perpisahan yang isinya senada dengan yang
disampaikan teman-teman tadi di ILK [Indonesia
Lawak Klub]. Begini isinya;
Saudaraku,
aku akan pulang...
Sudah 29 hari
bertamu, namun sering kali aku ditinggal sendirian.
Walau
sering dikatakan istimewa, pembawa berkah, namun perlakuanmu sungguh tak luar
biasa.
Oleh-olehku
nyaris tak kausentuh, Al-Qur’an hanya dibaca sekilas, kalah dengan update
status smartphone dan tontonanmu.
Shalat
tak lebih khusyuk, kalah bersaing dengan ingatan akan lebaran.
Tak
banyak kauminta ampunan karena sibuk menumpuk harta demi THR dan belanjaan.
Malam dan
siangmu tak banyak dipakai berbuat kebajikan, kalah dengan bisnis yang sedang
panen saat Ramadhan.
Tak pula
banyak kau bersedekah karena khawatir tak cukup buat mudik Ramadhan [lebaran].
Saudaraku...
Aku
sungguh seperti tamu yang tak diharapkan.
Hingga
sepertinya tak akan menyesal kautinggalkan,
bahkan
kauharapkan segera pergi.
Padahal
aku datang dengan kemuliaan, seharusnya tak pulang dengan kesia-siaan.
Percayalah...
Aku
pulang belum tentu akan kembali datang
Sehingga
seharusnya kau menyesal telah menelantarkanku.
Mungkin
ada sehari lagi kita bersama
Semoga
kau sadar sebelum aku benar-benar pulang.
Karena
umurmu hanyalah cerita singkat yang kelak akan dipertanggungjawabkan dengan
panjang.
Terakhir
kupesankan:
Saling
memaafkanlah satu sama lain. Karena memberi maaf merupakan ajaran Islam yang
sangat mulia, termasuk kebaikan hati yang dapat menghindarkan diri dari
permusuhan dan dendam yang tidak pernah padam. Ingatlah akan isi Qur’an surah Asy-Syuura [42] : 40, “Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan serupa, maka barang
siapa memaafkan dengan baik maka pahalanya menjadi tanggungan Allah. Sungguh
Dia tidak menyukai orang-orang yang zalim.”
Memaafkan
adalah puncak kemuliaan hati orang yang disakiti dan orang yang dizalimi.
Dan
jangan lupa cium tangan dan kaki kedua orang tuamu, minta maaflah dan minta ridho-nya.
Karena
sabda Rasul, “Ridho Allah tergantung ridho orang tuamu.”
Dan
jangan pernah lupa, doakan mereka jika mereka sudah berpulang.
Sekian
surat dari saya.
Bumi
Allah, hari ke-29 Ramadhan, 1437 H
Tertanda
Saudaramu
yang sangat mencintaimu
Yang
memberimu malam yang lebih baik dari 1.000 bulan
RAMADHAN
***
Rabbana, ya
Allah
Pertemukan kembali kami dengan saudaraku yang mencintaiku dan yang sangat kucintai: Ramadhan-Mu, Ramadhan ya karim. (Maman Suherman)
Pertemukan kembali kami dengan saudaraku yang mencintaiku dan yang sangat kucintai: Ramadhan-Mu, Ramadhan ya karim. (Maman Suherman)