Kang Maman – Bokis untuk Eksis
Manipulasi data dan dramatisasi fakta palsu di media sosial, tak cuma
terjadi di Indonesia. Sebuah survei di beberapa
negara Eropa, mulai dari Inggris, Spanyol, Perancis, sampai Italia, kepada
responden berusia 16 sampai 54 tahun menemukan fakta: Setengah dari populasi
masyarakat Inggris kerap bergonta-ganti profile picture di medsos.
Alasannya, ingin tetap update. Sebagian dari mereka ingin memperlihatkan
foto profile mereka yang diambi di tempat-tempat mewah. Kenyataannya,
mereka jujur mengakui tidak mengambil foto tersebut di tempat mewah. Selain
itu, sekitar 75 persen orang Inggris mengakui bahwa mereka memang menilai
teman-temannya berdasarkan postingan yang mereka unggah di Facebook,
Instagram, atau Snapchat.
Dari sekitar 1.000 responden orang Inggris, 52 persen dari mereka
membeberkan bahwa postingan yang mereka unggah di medsos (baik makanan,
barang, dan tempat mewah) merupakan gambar yang mereka ambil dari internet
untuk satu tujuan: membuat teman dan keluarga iri.
Senada dengan Bertha Sekunda tadi, psikolog Jo Hemmings melihat
fenomena ini, mengatakan hal tersebut bisa terjadi atas dasar tendensi
penggunanya yang dikendalikan oleh rasa gengsi yang berlebihan. Karena tak
mampu, mereka hanya membayangkan saja mengenakan barang-barang mewah, atau makan
di tempat mewah. Akibatnya, mereka terpaksa memalsukan kondisi mereka dengan mengambil
foto-foto yang beredar di medsos.
Kami malam ini mengambil kesimpulan:
Daripada bikin sensasi dengan mendramatisasi fakta palsu yang
jelas-jelas tak pasti dan basi, lebih baik berprestasi demi eksistensi diri
yang pasti. Dusta cuma jadi pembawa nestapa dan nista. “Jujur,” kata Kang Denny,
“akan menjadi pembawa mujur di dunia dan di akhirat.”
Jadi, lebih baik jadi orang biasa di dunia nyata yang realistis, daripada
jadi pusat perhatian massa namun bergelimang dusta di dunia maya yang bokis.
Sensasi basi, prestasi pasti! (Maman Suherman)