Kang Maman – Ada Apa dengan Cekolah?
Pendidikan itu proses, sebuah gerakan yang membawa seseorang dari
kegelapan menuju terang (menuju cahaya). Kalau kita masih saja belum berhasil
membawa anak didik menuju cahaya, para pendidik dan juga orang tua harus
bertanya, “Apa yang salah dengan kami?” bukan, “Apa yang salah dengan murid?”
Apakah kita masih mengingat dan menjalankan apa yang telah ditanamkan
Ki Hadjar Dewantoro, “Di depan memberi contoh, di tengah memberi motivasi
(menggugah semangat), dan di belakang memberi dorongan; Ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani.”
Di sisi lain, siswa juga harus mengingatkan dirinya:
Kita pintar bukan karena diajar, tapi karena belajar. Dan
kelulusan ujian bukanlah akhir, tapi justru awal dari proses menghadapi
ujian kehidupan yang tidak lebih ringan. Kita belum lulus paripurna meski nilai
rapor kita baik kalau nilai kelakuan kita masih buruk. Dalam bahasa Ronal tadi,
“Yang kita tuju adalah nilai kehidupan, bukan semata nilai rapor.”
Terakhir:
Bunga tumbuh mekar mewangi karena sentuhan lembut air hujan, bukan oleh
petir yang menggelegar. Pertanyaannya, apakah kita (guru dan orang tua) masih
menjadi orang yang bersuara menggelegar mengentak penuh amarah, atau sudah
berubah menjadi guyuran air hujan yang menyegarkan dan menyuburkan?
Kata kunci dari Ki Hadjar Dewantoro:
Tanpa kEtelaDANan, kita akan melahirkan generasi EDAN. (Maman
Suherman)