Kang Maman – Berlindung di Balik Bintang
Enam panelis rupanya sepakat mengingatkan: Apa iya pelajar SMA di
Medan itu melakukannya seorang diri dan teramat layak untuk di-bully
sedemikian hingga hebatnya di berbagai media? Bukankah hampir semua di
antara kita juga kerap melakukannya diam-diam bahkan secara terang-terangan; berlindung
di balik nama besar jabatan orang tua, kerabat, warna jaket, sampai stiker yang
kita tempelkan di kendaraan untuk membuat gentar dan menakut-nakuti aparat dan
orang lain?
Kesalahan memang tak boleh dibiarkan, tetapi lebih dari itu mari
berintrospeksi. Bukankah mengaku-ngakunya pelajar di Medan itu semata
mengimitasi (menjiplak) kelakuan kita (para orang tua) yang kerap memberi
contoh mengaku-ngaku untuk mendapatkan berbagai kemudahan dan menghindari sanksi
atas kesalahan yang diperbuat.
Terlepas dari itu, mari menyadari, kita sebenarnya semuanya adalah
bintang jika bisa menerangi sekeliling. Teruslah menjadi bintang, jangan mau
berlindung di balik bintang karena itu berarti kamu bukan lagi seorang bintang.
Dan senjata terindah itu bukan mengaku besar seraya mengecilkan orang
lain. Senjata terindah adalah: Mengalahlah hingga tak seorang pun bisa
mengalahkanmu, merendahlah hingga tak seorang pun mampu merendahkanmu.
Daripada mendongak angkuh menatap silau matahari, lebih baik bersujud,
karena itu cara terindah berbisik rapat ke arah bumi tetapi didengar oleh
penghuni langit. (Maman Suherman)