Kang Maman – Warna-warni Percintaan
Dalam cinta, jangan bising untuk hal-hal tidak penting yang membuang-buang
energi dengan percuma.
Cinta bukan kata benda, bukan kata kerja, tapi cinta kata hati. Dan kata hati itu tumbuh subur dalam
keikhlasan dan keheningan, seperti pasir di pantai yang berbisik dalam damai,
bukan dalam kebisingan setumpuk alasan.
Jika kebisingan dilawan dengan kebisingan, ngambek dihadapi dengan ngambek,
akan timbul gaduh, dan bisa berakhir
dengan aduh—penyesalan yang tak
berujung.
Karenanya, meski kadang ada bara dalam cinta, tetaplah berjalan dan
berpegangan tangan dengan lembut. Jangan kasar, jangan menghentak, dan juga
jangan keras dalam gaduh. Karena cinta mengajak untuk seiring, bukan untuk saling
giring. Saling tuntun, bukan saling tuntut. Saling puji, bukan saling uji.
Dalam kebersamaan yang diwarnai perbedaan, ubahlah kosakata ‘jatuh
cinta’ menjadi ‘tumbuh cinta’. Masa sudah cinta, terus jatuh karena perbedaan
semata? Bukankah kalian bersama karena dua beda menjadi satu?
Jika sudah cinta, sekali lagi bertekad untuk jangan jatuh, tapi tumbuhkanlah benih yang kemudian
tumbuh menjadi tunas, dan berbuah karena dirawat oleh cinta.
Dan jika kamu pikir cinta dapat patah, dapat pergi dan menghilang, camkan
satu hal: Lalu bagaimana engkau memahami cinta Allah, yang meskipun kamu sering
meninggalkan-Nya, namun Ia tak pernah berhenti mencitaimu?
Cinta itu abadi, hati itu suci, nafsu yang membuat kita mudah berpaling.
Dan terakhir, kalau pasanganmu ngambek,
bukan berarti kamu tak bisa comeback.
Seperti tadi yang dinyatakan oleh Opet dalam liriknya, “Peluk erat, tenangkan
badai, jangan mudah berpaling.”
Cinta itu abadi jika pertengkaran kauhadapi dengan tegar, saling
memahami getar hati, dan tak mudah pindah ke lain hati. (Maman Suherman)
0 komentar:
Posting Komentar