Kang Maman – Satu Bahasa, Bahasa Indonesia
Tenaga Kerja Asing wajib menghormati
bahasa Indonesia sebagai identitas bangsa ini
jika ingin bekerja di sini. Juga, itu sekaligus sebagai hambatan teknis untuk
melindungi pekerja-pekerja lokal Indonesia.
Itulah yang mendasari pihak yang kontra terhadap penghapusan kewajiban bisa
berbahasa Indonesia bagi TKA.
Di pihak yang pro, penghapusan ini
bertujuan agar investasi ke Indonesia tidak
terhambat. Lagi pula, masih banyak persyaratan lain yang harus dipenuhi Tenaga
Kerja Asing, seperti syarat kompetensi, syarat pengalaman kerja, syarat
jabatan—di mana hanya jabatan tertentu yang boleh diduduki oleh tenaga kerja asying
asing :), syarat pendampingan oleh Tenaga Kerja Indonesia
untuk ahli teknologi, syarat perluasan kerja dalam bentuk: 1 Tenaga Kerja Asing
harus dibarengi 10 Tenaga Kerja Indonesia. Jadi,
tidak semudah yang dibayangkan.
Yang menarik dalam diskusi ini tersirat
sesuatu yang menggelitik. Jika Tenaga Kerja Asing saja diharapkan bisa berbahasa
Indonesia, kenapa, misalnya, pejabat publik kita
di eksekutif atau di legislatif, tidak dipersyaratkan harus lulus tes bahasa
Indonesia? Mengingat banyak di antara mereka
yang bahasa Indonesianya pun kurang baik; tidak
terstruktur dengan benar, bahkan cenderung mengikuti pola “Vickynisasi”, yang malah makin membingungkan. Padahal, merekalah
yang akan berhadapan dengan orang asing dan menjelaskan tentang negeri ini, dan
menjadi penyalur suara hati rakyat.
Juga dikatakan Kang Denny tadi, betapa
banyaknya di antara kita yang bangga jika saat berbicara menyelipkan kata-kata
asing—bahkan kata asingnya lebih banyak, dan bahasa Indonesia
hanya menjadi selipan. Dan betapa tidak sedikit, dengan alasan menyiapkan anak
menghadapi persaingan di era globalisasi, anak “dicekoki” penguasaan bahasa
asing tanpa diimbangi bahasa ibu (bahasa Indonesia).
Pernahkan terbayangkan, kelak, Tenaga
Kerja Asing lebih baik bahasa Indonesianya daripada
kita sendiri?
Karenanya, cintai bahasa Indonesia, jaga dan rawat 746 bahasa daerah yang tersebar
di 17.000 pulau kita, yang selama ini ikut memperkuat budaya dan memperkaya
bahasa Indonesia.
Ingat, bahasa menunjukkan bangsa. Benar
dan baiklah dalam berbahasa jika kamu cinta Indonesia.
(Maman
Suherman)