Kang Maman – Seragam dan Gaya Siswa Sekolah
“Seragam
sekolah,” tepat seperti yang diucapkan Kang Ronal, “berfungsi mengajarkan
kerapian, memupuk rasa kedisiplinan, dan membangun semangat kesetaraan.” Kita
berbeda (beragam), tapi setara di
hadapan ilmu yang sedang kita tuntut.
Tapi berseragam jangan sampai
menimbulkan kesalahan berpikir, menciptakan semacam grandiosity; menganggap diri dan sekolahnya lebih baik dari sekolah
lain. “Seragam saya adalah gambaran sekolah favorit dan kamu bukan; saya
unggulan dan kamu bukan.” Itu yang tidak boleh terjadi.
Berkaitan
dengan adanya usulan memasang berbagai tulisan bernada himbauan dan ajakan
kebaikan—yang kalimatnya seperti slogan-slogan di seragam pelajar—mungkin
niatnya baik, tapi saya teringat
dengan kalimat Soe Hok Gie, “Patriotisme tidak muncul dan tumbuh dari hipokrisi dan
slogan-slogan. Seseorang
baru dapat mencintai sesuatu secara sehat kalau ia mengenal objeknya,” bukan
slogan semata.
Jadi, seorang pendidik sejati menanamkan apa yang dikatakan Ki Hadjar Dewantara, “Ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani,” bukan di bajunya, tetapi ditanamkan ke dalam hati dan jiwanya.
Jadi, seorang pendidik sejati menanamkan apa yang dikatakan Ki Hadjar Dewantara, “Ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani,” bukan di bajunya, tetapi ditanamkan ke dalam hati dan jiwanya.
Jadi,
kuncinya: Lebih baik ajarkan, contohkan dengan perbuatan untuk diamalkan, bukan
sekadar ditempelkan di seragam sekolahan. (Maman Suherman)
0 komentar:
Posting Komentar