Kang Maman – Ke Manakah Perginya Sang Idola?
Salah satu
yang abadi di muka bumi adalah ketidakabadian itu sendiri. Tak ada yang diam di
tempat, semua pasti bergeser dan tergeser. Itulah hukum alam yang mesti
disadari oleh siapa pun sehingga sungguh tak layak untuk membusungkan dada saat
berada di puncak.
Orang bijak
justru menunduk karena ia sadar: mendaki itu sungguh sulit, bahkan cara
berjalan pun setengah membungkuk dan merunduk untuk menuju puncak. Tapi turun itu mudah sekali; posisi tak
menunduk, namun mudah menggelinding dan bisa meluncur jatuh dalam sekejap.
Untuk siapa
pun, sadari selalu: Jika sedang berjalan menuju puncak, apalagi telah sampai di
puncak, bekali hati dengan kesiapan diri untuk turun dengan tulus dan ikhlas—seperti
kata Cak Lontong. Dan jika menuju ke bawah, jangan pernah bersedih! Justru
berbahagialah karena engkau pernah berada di puncak yang tidak semua orang
pernah mengalaminya. Dan sekaligus berbahagialah karena kamu akan kembali
bertemu dengan banyak orang di bawah sana, daripada terus mengalami sunyi,
sepi, dan sendiri di atas sana.
Ingat bahwa
salah satu sikap yang paling disukai Ilahi adalah: melihat umat-Nya tunduk
bersujud, merendahkan diri dan memujinya. Dan lihatlah orang bersujud; bahkan,
bokongnya pun lebih tinggi posisinya dari hati, kening, dan otak yang selalu
mereka banggakan selama ini.
Terakhir,
ingat lirik yang dinyanyikan oleh L2 Band tadi: “Kemenangan adalah milik orang
yang berdoa, kemenangan adalah milik orang yang berjuang.” Dan kekalahan,
adalah cara Tuhan menguji kita untuk tetap berdoa dan tak henti berjuang. (Maman
Suherman)
0 komentar:
Posting Komentar