Kang Maman – Euforia Menjelang Hari Raya
Idulfitri memiliki makna yang berkaitan
erat dengan tujuan berpuasa, yaitu menjadi manusia yang bertakwa. ‘Id’ artinya ‘kembali’.
‘Fitri’ bisa berarti dua: bisa berarti ‘buka puasa untuk makan’, dan bisa
berarti ‘suci’.
Jadi, Idulfitri adalah hari raya di mana
umat Islam kembali berbuka atau makan, tidak lagi berpuasa, bahkan 1 Syawal
haram berpuasa. Sekaligus fitri yang berarti suci, bersih dari segala dosa,
kesalahan, kejelekan, dan keburukan. Sebagaimana hadis Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Barang
siapa yang berpuasa di bulan Ramadan dengan didasari iman dan semata-mata
karena mengharap rida Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. Dan
barang siapa yang salat malam di bulan Ramadan dengan didasari iman dan
semata-mata karena mengharap rida Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang telah
lalu.”
Dalam bahasa Jawa, Idulfitri dikenal
dengan istilah ‘Lebaran’, yang mengandung makna: lebar, lebur, luber, dan
labur. ‘Lebar’ artinya ‘lapang hati dan jalan’ karena telah terlepas dari
kemaksiatan, lebur dari dosa, luber pahala, luber keberkahan, dan luber rahmat
Allah. Dan ‘labur’ artinya ‘bersih’, sebab bagi orang yang benar-benar
melaksanakan puasa, maka hati akan dilabur menjadi putih bersih tanpa dosa.
Makanya di banyak daerah di Jawa, rumah-rumah
menjelang Lebaran dilabur (dicat putih ulang), yang mengandung arti pembersihan
lahir, di samping pembersihan batin setelah kita melakukan puasa.
Dan diingatkan oleh Ust. Solmed [Soleh
Mahmud] tadi, “Kalau kita berpakaian indah, jangan biarkan tetangga kiri dan
kanan tidak ikut merasakan hal yang sama.” Bukankan berbuat baik untuk diri
sendiri itu hanyalah kesenangan, tetapi berbuat baik untuk sesama itulah
kebahagiaan?
Jadi, hiasi hari rayamu, hiasi kembali
sucimu dengan berbagi, bersilaturahmi, bertasbih, bertahmid, dan bertakbir,
bukan dengan berpamer. Taqabbalallahu
minna wa minkum, shiyamana wa shiyamakum. (Maman Suherman)
0 komentar:
Posting Komentar