Kang Maman – Fasilitas Mewah di Kala Krisis
Suatu malam, Khalifah Umar bin Abdul-Aziz didatangi saudaranya. Kala itu
dia sedang mengerjakan tugas negara di ruang pribadinya; menyelesaikan beberapa
berkas negara, diterangi lampu minyak. “Apa yang ingin kamu bicarakan
saudaraku, urusan keluarga atau masalah negara?” tanya Umar bin Abdul-Aziz
kepada saudaranya. Saudaranya pun menjawab bahwa dia hanya akan membicarakan
masalah keluarga, bukan masalah negara.
Saat itu juga Umar bin Abdul-Aziz langsung mematikan lampu itu.
Saudaranya pun kaget. “Wahai Khalifah, kenapa engkau matikan lampu itu?”
Dengan suara sangat rendah Umar menjawab, “Apa yang akan kamu bicarakan adalah
urusan keluarga, bukan urusan negara. Lampu ini milik negara, tidak untuk
dipergunakan buat fasilitas pribadi.”
Itulah contoh sederhana, teladan yang mulia bahwa kekuasaan tak
selayaknya digunakan untuk urusan pribadi. Mengapa Umar melakukan itu? Terutama
karena ia sadar bahwa apa yang diamanatkan, harus dipertanggungjawabkan.
Terucap tadi oleh Cak Lontong bahwa bila jabatan dan fasilitasnya tidak
digunakan dengan batin yang bersih atau dijalankan tidak amanah, maka harus
diingat, ‘Jabat’ dan ‘Jahat’
hanya beda tipis. Anda terpeleset dari pejabat, akan bisa menjadi penjahat
dalam sekejap.
Dan yang terakhir, siapa yang tidak mau mendapat fasilitas dan
tunjangan; rumah, mobil, kendaraan pribadi, listrik, pulsa, dan sebagainya?
Fasilitas itu memabukkan, tetapi ingat: Karena mabuk, orang bisa mudah
terbakar dan musnah sehingga hilang menjadi tertelan awan, dan cuma menjadi (m)ABU(k) dalam
kehidupan. (Maman Suherman)
0 komentar:
Posting Komentar