Kang Maman – Sekolah Homogen
Sekolah homogen atau heterogen, semua ada kelebihan masing-masing—tadi
sudah dipaparkan oleh Intan Erlita. Jadi, sebenarnya tak perlu dipertentangkan.
Pertanyaan sederhana: Sekolah boleh homogen atau heterogen, bagaimana dengan
pendidikannya, haruskah juga homogen atau heterogen, atau campuran keduanya?
Dalam banyak referensi, dalam komunitas anak-anak satu etnik
sekalipun, keberagaman dan peminatan yang berbeda adalah hal yang wajar—tadi dipaparkan
Cak Lontong. Dan seharusnya karena mereka bukan kumpulan robot yang senada dan
seragam, seperti kata Pak Jarwo, oleh karena itu pendidikan yang bersifat heterogen
sangat diperlukan, namun pendidikan homogen tentang satu hal yang sama, tidak
bisa dilupakan untuk sebuah negera sebesar Indonesia,
atau negara yang masih harus memperkukuh nasionalismenya.
Terlepas sekolahnya homogen atau heterogen, belajar adalah proses di mana
tingkah laku ditimbulkan, atau diubah melalui praktik atau latihan. Jadi,
teringat sebuah pernyataan menarik dari artis Natalie Portman, yang
mengatakan, “Aku tidak suka studi! Aku benci studi! Aku lebih suka belajar, dan
belajar itu indah.”
Jadi, tugas
kita semua adalah bagaimana supaya anak didik di sekolah homogen atau
heterogen kasmaran dalam belajar. Jangan hambat gairah belajar mereka dengan
hal-hal menakutkan. Karena, belajar itu bukan kewajiban, belajar itu hak anak.
Sekali lagi, belajar itu hak anak, dan negaralah yang wajib menyediakan
fasilitasnya.
Dan yang terakhir, harus diingat untuk semua orang—entah itu di homogen
atau di sekolah heterogen: Kita pandai bukan karena diajar, tapi karena
belajar. (Maman Suherman)
0 komentar:
Posting Komentar