Kang Maman – Mak Comblang Penyalur Kasih Sayang
Menikah itu ibadah. Dan mengawinkan
orang-orang yang sendirian di antara kamu, adalah sesuatu yang baik karena
melempangkan jalan orang untuk beribadah. Jadi, sekali lagi, mak comblang itu
baik, dan juga ada dalam beberapa kebudayaan kita—termasuk dalam kebudayaan
Betawi, misalnya, yang dijalankan oleh ‘encang’ dan ‘encing’ dari si pemuda yang
sedang mencari jodoh, yang betugas ngedelengin
atau memperkenalkan pemuda dan pemudi yang saling taksir, dan bertugas
menggantungkan sepasang ikan bandeng di depan rumah seorang gadis bila si
gadis itu ada yang naksir.
Asalkan, seperti disinggung Bianca, “Mencomblang itu harus sesuai
syariat, bukan dengan tujuan memperjualbelikan cinta.” Karena pada hakikatnya
cinta itu indah; karunia Sang Maha Indah; paduan ketulusan dan keihklasan yang
diharapkan bermuara dalam sebuah ikrar suci.
Dan, seperti diingatkan
Fitri Tropica tadi, “Mak comblang yang terbaik adalah Sang Maha Pengatur.”
Jika jodohmu tidak juga datang-datang; jika jodohmu belum juga mendekat,
bertanyalah ke hatimu: Apakah kamu sudah dekat dengan Sang Maha Pengatur, lewat
doa-doa yang kau panjatkan kepada-Nya?
Tetapi jika jodohmu sudah dipertemukan-Nya, pernikahan bukanlah akhir,
justru adalah awal. Dan juga jangan lupa: Jika berdua tanpa keikhlasan; jika
berdua cuma membuat luka, maka sendiri bertabur cinta dari keluarga dan sahabat,
adalah pilihan yang tak kalah indahnya. (Maman Suherman)
0 komentar:
Posting Komentar