Kang Maman – Jangan Adili Buku Hanya dari Halaman Satu
(Kang Maman:) “Saya mau minta
bantuan semua panelis untuk menjawab pertanyaan ini:
Jika ada 3 calon untuk menjadi pemimpin kita, siapa yang akan kalian pilih?
Calon A: dihubung-hubungkan dengan politisi jahat, sering berkonsultasi
dengan astrologi, punya 2 istri muda, dia juga seorang perokok berat dan
minum 8–10 botol minuman keras setiap hari.
Calon B: dipecat 2 kali dari kantor, selalu bangun sore, pernah menggunakan narkoba waktu kuliah, dan minum wiski setiap sore. Dan,
Calon B: dipecat 2 kali dari kantor, selalu bangun sore, pernah menggunakan narkoba waktu kuliah, dan minum wiski setiap sore. Dan,
Calon C: dianggap pahlawan perang, vegetarian, tidak merokok, hanya
sesekali minum, tidak pernah berselingkuh di luar perkawinannya.
Siapa yang
akan kaliah pilih, A, B, atau C?”
(Para panelis menjawab:) “C.”
(Kang Maman:) “Oke, calon A
tadi adalah Franklin Delano Roosevelt; calon B: Winston Churchill; dan calon
C yang Anda pilih: Adolf Hitler.”
(Kang Maman:) “Baik, sekarang pertanyaan
terakhir. Ini untuk perempuan, untuk Bianca dan Karput [Kartika Putri]:
Jika ada
seorang wanita hamil sudah punya 8 anak; 3 di antaranya tuli, 2 buta, 1 mengalami gangguan mental, dan perempuan itu sendiri mengidap penyakit
kelamin, apakah Anda
akan menyarankan dia untuk menggugurkan kandungannya saat dia hamil lagi?”
(Bianca Liza menjawab:) “Ya, digugurkan.”
(Kang Maman:) “Jika jawabannya iya, maka
Anda baru saja membunuh satu komponis masyhur dunia. Karena anak yang dikandung
oleh sang ibu tersebut adalah Ludwig Van
Beethoven.”
Sekali lagi,
apa artinya kita menilai orang ketika orang itu sendiri sudah mengatakan, “Tuhan
belum selesai dengan saya; saya pun belum melangkah. Sungguh, alangkah tidak
eloknya kalian sudah menilai apalagi menghina berlebihan—termasuk memuji
berlebihan.”
Jadi, biarkan semuanya menulis dan tertulis terlebih dahulu. Mana bisa
guru tahu berapa kita salah, berapa kita benar kalau kita sendiri belum
menuliskan jawaban di atas pertanyaan selembar kertas putih itu?
Jadi, betul:
“Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung.” Tetapi sekali lagi, sejarah
mengajarkan: “Tidak boleh mudah untuk menilai orang dari penampilannya.” (Maman
Suherman)
0 komentar:
Posting Komentar