Temukan saya: @irwanzah_27 di Twitter & @isl27 di Instagram

Jumat, 17 Oktober 2014

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 17 Oktober 2014 (Cerita di Balik Peribahasa)

Kang Maman Cerita di Balik Peribahasa

Di suku Makassar kita temukan peribahasa, “Le'ba kusoronna biseangku, kucampa'na sombalakku, tamassaile punna teai labuang (Bila perahu telah kudorong, layar telah terkembang, takkan kuberpaling kalau bukan labuhan yang kutuju).” “Kualleangi tallanga na toalia,” yakni, harus ada ketetapan hati dalam sebuah tujuan yang mulia meski nyawa taruhannya. “Teai Mangkasara' punna bokona loko' (Bukan orang Makassar kalau luka di belakangnya).” Itu sebuah simbol keberanian agar tidak lari dari masalah apa pun.

Di suku Bugis—sama dengan suku Minang tadi—ada kata, “Taro ada taro gau (Simpan kata simpan perbuatan).” Satunya kata dengan perbuatan.

Di kalangan Sunda dikenal, “Nyaur kudu diukur, nyabda kudu diunggang (Berbicara harus jelas dan terukur, dan harus punya makna, jangan asal bunyi).” “Ulah ngaliarkeun taleus ateul (Jangan suka menyebar fitnah).” Dan, “Manusia kudu silih asih, silih asah jeung siling asuh (Saling cinta, saling menasihati, dan saling mengayomi).” Dan, orang Sunda sangat tahu betul makna kesatria, “Ulah keok memeh dipacok (Jangan mengalah sebelum berjuang dengan keras).”

Di Aceh juga kita punya, “Gadoh aneuk meupat jeurat, gadoh hukom ngon adat pat ta mita (Hilang anak masih ada kuburannya yang bisa kita ziarahi, tapi jika hukum dan adat yang hilang, ke mana lagi kita hendak mencari).”

Dan, saudara kita di Ambon, teman-teman saya selalu bilang begini, “Orang tua bilang bagini, labu jua ada hati, apalagi manusia (Sekeras-kerasnya wajah kami, kami juga punya hati nurani).”

Peribahasa; majas; bidal; atau ungkapan dan perumpamaan atau eufemisme, adalah kalimat-kalimat ringkas yang berisi perbandingan, perumpamaan, dan nasihat yang sangat mulia dan terpuji. Sudah lama bertebaran dan bertaburan di negeri ini, membentuk untaian mutu manikam di zamrud khatulistiwa.

Jika kita mau sejenak menyimak makna-makna tadi, betapa banyaknya kebajikan dan kebijakan yang kita temukan untuk menjadi modal meniti hidup di bumi tercinta.

Jadi, di negeri ini, untaian mutu manikam kearifan sungguh teramat banyak, dan semuanya terikat satu dalam cengkeraman kuat kaki Garuda: Bhinneka Tunggal Ika.

Kita besar karena beragam, jadi, JANGAN PERNAH MAU DIPECAH-BELAH! (Maman Suherman)
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

99 Mutiara Hijabers

99 Mutiara Hijabers
Klik gambar untuk membeli

Bandung Konveksi Kaos

Bandung Konveksi Kaos
konveksi kaos murah
Diberdayakan oleh Blogger.

Arsip Blog

Twitter