Dulu kita anggota OPEC (Organization of the Petroleum Exporting Countries), tapi kita keluar semenjak September 2009. Dan sekarang, kita telah berubah dari negara pengekspor minyak, menjadi negara pengimpor minyak dari sejumlah negara, termasuk dari negara sekecil Singapura. Dan, jumlahnya tidak kecil. Dalam sehari, kita mengimpor Rp874 miliar.
Kebutuhan minyak Indonesia itu 1,5 juta barel per hari, dan kita cuma memproduksi 788 ribu. Jadi, kita harus mengimpor 712 ribu, yang harganya tergantung dari naik turunnya kurs dolar. Sehingga, itulah dijadikan satu alasan untuk menaikkan BBM, dan mencabut subsidi.
Sedihnya, yang pro dan kontra, dua-duanya mengatakan, “Semua demi
kepentingan rakyat.” Pertanyaannya, rakyat yang mana? Apakah rakyat yang dengan
sumbang menyanyikan lagu Iwan Fals, “... BBM naik tinggi susu tak terbeli, orang
pintar tarik subsidi, anak kami kurang gizi ...” Atau rakyat yang dengan santainya
berlari-lari di dalam mobil Lamborghini-nya dengan menggunakan surat palsu
(bodong)?
Jadi sekali lagi, rakyat yang hidupnya gini-gini aja, atau yang berada
di dalam Lamborghini?
BBM itu
licin, jangan sampai membuat kita tergelincir.
Jadi, apa pun
keputusannya nanti, jadikan BBM singkatan dari: “Baik Buat Masyarakat”, bukan
hanya untuk segelintir orang. Dan untuk masyarakat, kata Cak Ronal, “Harga
boleh naik, harga diri jangan turun,” dan jangan gengsi, AYO HEMAT ENERGI! (Maman
Suherman)
0 komentar:
Posting Komentar