Kang Maman – Gosip: Makin Digosok Makin Sip
Gosip itu bukan barang baru, bukan produk khas layar kaca kita. 2400 tahun yang lalu, Plato dalam catatannya buku “Symposium”, menulis 4 tahapan pengetahuan yang berdampak pada keyakinan.
Gosip itu bukan barang baru, bukan produk khas layar kaca kita. 2400 tahun yang lalu, Plato dalam catatannya buku “Symposium”, menulis 4 tahapan pengetahuan yang berdampak pada keyakinan.
Tahapan pertama disebut “Eikasia”, yaitu menilai berdasarkan kabar orang
lain, kabar angin, kabar burung yang secara bebas diartikan sebagai isu atau gosip. “Eikasia” ini
menurut Plato tidak akan mengantarkan manusia pada kearifan, malah akan membuat
orang terjerembab dalam kesalahan yang lebih fatal yaitu fitnah.
Bahkan di tahap kedua yang disebut tahap “Pistis”, pengetahuan berdasarkan
pada apa yang terlihat saja, masih menyimpan kesalahan yang menyesatkan.
Contohnya, mata kita melihat matahari bergerak dari timur ke barat. Padahal,
kita atau bumilah yang bergerak mengelilinginya, bukan sebaliknya. Mata yang
memandang oase seperti mata air di depan mata kita, ternyata hanya fatarmogana.
Kalau gosip terus abadi, salah dua pendukungnya adalah karena gosip bisa
jadi komoditas politik, yang selalu lahir seiring pertarungan politik. Dan
gosip, adalah salah satu komoditas bisnis yang modalnya gratis, hanya mendengar
dan melihat, lalu bisa jadi liputan dan menjadi uang yang berlapis-lapis—seperti
tadi diucapkan oleh Pak Jarwo.
Menghadapi gosip ada 3 langkah:
[1] Untuk yang mendengar gosip, filter nuranimu karena membicarakan dan menyebarkan fitnah, ibarat memakan bangkai saudara sendiri.
[2] Untuk yang demi popularitas minta dijadikan kabar burung, hati-hati terbawa burung terbang tinggi, akan mudah terhempas angin dan tinggal menjadi kenangan.
[3] Dan jika ditimpa gosip, jadikan itu sebagai awal sifat sabar yang ditanamkan ke dalam diri kita.
[1] Untuk yang mendengar gosip, filter nuranimu karena membicarakan dan menyebarkan fitnah, ibarat memakan bangkai saudara sendiri.
[2] Untuk yang demi popularitas minta dijadikan kabar burung, hati-hati terbawa burung terbang tinggi, akan mudah terhempas angin dan tinggal menjadi kenangan.
[3] Dan jika ditimpa gosip, jadikan itu sebagai awal sifat sabar yang ditanamkan ke dalam diri kita.
Jika diri berjalan pada koridor yang tepat, tak mestilah ada takut yang
menggelayuti dan mencekik leher. Menjelaskan tentang dirimu kepada siapa pun
tidak perlu karena yang menyukaimu tidak butuh itu, dan yang membencimu tidak
percaya itu.
Jadi, kata kuncinya, sabar dan tutup mulut adalah kunci di dalam pusaran
gosip. (Maman Suherman)
0 komentar:
Posting Komentar