Kaum muslimin wal muslimat, mukminin dan mukminat, Pak Sabirin dan Pak Amat, tukang kain dan tukang tomat,
yang sudah kawin maupun yang belum disunat. Para tokoh masyarakat, tokoh
politisi, tokoh agama, tokoh wanita, tokoh pemuda, toko besi, toko baju, toko
TV, dan lain sebagainya. Pimpinan ILK [Indonesia Lawak Klub] beserta seluruh
jajaran dan perangkatnya yaitu seperangkat alat salat dibayar tunai ... sah.
Pak Denny, dalam sebuah bukunya,
Ibnu Sina, seorang ahli fukaha, seorang ahli fiqih dan tasawuf, Ibnu Sina
membagi kategori ibadah itu menjadi 3. Ada 3 jenis motivasi manusia
melakukan ibadah.
Yang pertama, ada
orang-orang yang melakukan ibadahnya semata-mata dia karena kepingin
masuk surga. Kalau ada orang yang seperti ini, dia ibadahnya seperti pedagang,
ibadahnya selalu main itung-itungan; untung dan rugi. Orang yang
seperti ini akan kena penyakit yang namanya penyakit sum’ah, ria, ujub
dan takabur; kepingin dipuji orang ibadahnya. Yang pertama.
Yang kedua, ada orang
melakukan ibadahnya semata-mata karena rasa takutnya masuk neraka. Orang
yang seperti ini adalah seperti budak. Capek dia ibadah. Dia akan terjebak
dalam sebuah kegiatan ibadah yang bersifat rutinitas, ritual, yang penting
gugurnya sebuah kewajiban. Itu yang kedua.
Yang ketiga, ada orang yang
melakukan ibadahnya, dia tidak berharap apa-apa. Dia tidak berharap surga dan
dia tidak takut masuk neraka; dia hanya berharap rida Allah Subhanahu
wa Ta‘ala. Rukuknya, sujudnya, iktikafnya, tadarusnya, hanya berharap rida Allah Subhanahu wa Ta‘ala ... dengan cinta. Sujudnya dengan cinta, puasanya
dengan cinta.
Kalau segala sesuatu yang kita
kerjakan penuh dengan cinta, tidak berasa apa-apa. Ada seorang
Waliyullah [wali Allah] wanita, cantik jelita, namanya Rabi’ah al-Adawiyah. Di
setiap sujudnya, sajadahnya selalu basah dengan tetesan air matanya; lidahnya
tidak pernah kering karena zikir yang tidak pernah putus kepada Allah Subhanahu
wa Ta‘ala. Dia selalu berdoa, “Ya Allah, kalau saja sujud dan
ibadahku ini semata-mata karena rasa takutku masuk neraka, tolong masukkan aku
ke dalam neraka yang paling dalam sekarang juga ya Allah. Kalau sujud
dan ibadahku ini semata-mata karena keinginanku masuk surga, tolong kunci saja
pintu surga ya Allah. Aku bukan itu ya Allah, aku cinta
kepadamu ya Allah.”
Saya kira itu yang harus kita
pahami.
Ibadah puasa Ramadan adalah
bersifat syirria
(rahasia); hanya diri kita dengan Allah. Tidak ada yang tahu, tidak boleh ada
yang tahu karena bersifat rahasia. Oleh sebab itu, biasa-biasa saja.
Lapar itu tidak ada. Haus itu tidak
ada. Karena kita punya rasa. Rasa itu sesungguhnya karena kita punya rasa.
Kalau garam rasanya apa? Asin. Siapa bilang garam itu asin? Yang mengatakan
asin siapa? Karena kita punya rasa; karena ada rasa, kita merasakan asin. Gula
itu rasanya? Manis. Siapa bilang gula itu manis? Yang mengatakan manis adalah
rasa. Api itu rasanya apa? Panas. Api itu rasanya panas, tapi siapa bilang api
itu rasanya panas? Buktinya, Nabi Ibrahim masuk ke dalam api dan tidak terbakar
sedikit pun. Jadi, kita harus ngaji rasa.
Rasa lain lagi? Rasain kamu!
:)
Jadi, Ramadan adalah sarana untuk
ngaji rasa. (H. Nurul Qomar)
Luar biasa ternyata berpuasa paling tepat untuk ngaji Rasa.....
BalasHapus