Apakah koalisi itu bersifat transaksional, tanpa pamrih atau karena kesamaan visi, misi, “warna atau garis perjuangan”, yang pasti, Capres dan Cawapres sudah tersaji di depan mata: ada 2 pasang.
Ada yang berpendapat, jika koalisi hanya demi kursi, bukan karena sevisi dan sehati, maka mereka yang berkoalisi dan juga pemilih dan pendukungnya, harus siap-siap untuk sakit hati. Karena bersatu tanpa sehati, ibarat tidur dengan musuh dalam selimut yang menghunus belati dan siap melukai.
Sekali lagi, kata Bang Yos [Sutiyoso, mantan gubernur DKI Jakarta], “Indonesia adalah kapal besar.” Sangat beragam isinya, beragam suku bangsa, golongan, dan agamanya.
Jadi, mari merayakan perbedaan, merayakan keberagaman, bukan merayakan perpecahan—itu juga tersirat dari ucapan dan harapan Cici Panda. Jadi, “Pilih kita atau mereka,” kata Akbar, nah silakan, silakan berkompetisi dengan cerdas, juga silakan memilih dengan cerdas.
Apa pun hasilnya, kata kunci dari Cak Lontong, jangan sampai “menyobek-nyobek” Merah Putih, jangan pernah “cabik-cabik” bulu Garuda Pancasila, dan jangan pernah hempaskan BHINNEKA TUNGGAL IKA! (Maman Suherman)
0 komentar:
Posting Komentar