Kang Maman – Mengejar Rezeki atau Ibadah?
Ramadan bulan penuh rahmat, ampunan, dan pembebasan dari
siksa. Jangan biarkan berlalu percuma. Isi dengan berlomba-lomba berbuat
kebajikan, berburu ampunan.
Jika mampu ke Baitullah (berumrah), silakan. Asal kuatkan
niat, seperti halnya niatan-niatan saat menjalankan kebaikan dan ibadah-ibadah
khas di bulan Ramadan. Sebagaimana sabda Rasul, “Barang siapa berpuasa
karena iman, melakukan salat malam karena iman, melakukan salat malam di
lailatukadar karena iman dan semata mengharap pahala dari Allah, niscaya
diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” Dengan satu catatan: bukan semata
puasa bodi, tapi juga puasa budi. Karena puasa Ramadan tak semata bersifat
fisik (menahan lapar dan dahaga), tapi upaya penyucian budi (spiritualitas yang
suci) agar kembali fitri, takwa, dan bercahaya—minadzhulumati ilan-nur.
Lalu yang kedua, tiba-tiba berhijab saat Ramadan. Tadi
teman-teman mengingatkan, mari ber-husnuzan, siapa tahu itu menjadi awal
untuk berubah menjadi lebih baik. Urusan niat adalah urusan individu dengan
Tuhannya, kita tak punya kuasa untuk menilai dan mengadilinya. Kita
hanya wajib meyakini dan mengingatkan pada diri sendiri: Allah memberikan
pahala sesuai niatnya. [segmen 3]
*Segmen 1 & 2: Umrah di Bulan Ramadan
*Segmen 3: Hijaber Musiman di Bulan Ramadan
***
Silakan meraup berkah Ramadan, termasuk berbisnis perjalanan
umrah, berbisnis hijab, atau bisnis apa pun. Karena kata teman-teman, itu juga
ibadah.
Sepanjang dijalankan dengan jujur, tidak curang, tidak mengurangi
takaran, tidak berbohong soal kualitas yang dibisniskan, yang bisa merusak
nilai ibadah puasa kita, hingga turun pada level semata menahan lapar dan
dahaga—semata puasa bodi.
Di sisi lain, terlintas tadi diingatkan kata “menahan lapar”.
Dalam Ramadan, semestinya sejalan dengan hemat. Dan itu baik, seperti diucapkan
Umar radhiyallahu ‘anhu, “Sesungguhnya Allah mencintai perbuatan
hemat dan membenci perbuatan boros dan mubazir.”
Kesenangan tubuh terletak pada hemat makan; kesenangan
jiwa terletak pada hemat kesalahan; kesenangan hati terletak pada hemat
kepentingan; dan kesenangan lidah terletak pada hemat bicara yang bukan-bukan.
Poin kedua, khusus tentang hijab. Silakan memodifikasi, tapi
mari sadari bersama, pakaian islami itu simpel: tidak transparan menerawang,
tidak ketat membentuk lekuk, dan menutup aurat. Dan berhijab, semata karena
cinta pada-Nya serta pada Islam yang diyakini kebenarannya.
Dan yang terakhir, saya teringat pada kalimat putri saya,
“Pak, berhijab bagiku: I cover my hair, not my brain.” (Maman
Suherman)
0 komentar:
Posting Komentar