Temukan saya: @irwanzah_27 di Twitter & @isl27 di Instagram

Senin, 21 April 2014

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 21 April 2014 (Wanita Karier vs Ibu Rumah Tangga)

Kang Maman – Wanita Karier vs Ibu Rumah Tangga

Saya jadi teringat sebuah lagu, single John Lennon tahun 1981, “Woman”. Ada lirik: “Please remember my life is in your hands”. Kehidupan laki-laki itu ada di tangan perempuan.

Tapi perdebatan ini di Indonesia seharusnya sudah selesai sejak 105 tahun yang lalu. Ada seorang perempuan yang meninggal 6 November 1908 dan dimakamkan di Sumedang.

Perempuan itu Cut Nyak Dhien [ejaan lama: Tjoet Nya' Dhien]. Ketika Teuku Umar meninggal, anak perempuannya, Cut Gambang, itu mau menangis. Sebagai ibu, dia cuma mengatakan satu, “Perempuan Aceh pantang meneteskan air mata untuk seorang yang mati syahid.” Itu sebagai ibu. Sebagai perempuan, di fora publik, di medan pertempuran dia mengatakan, “Kami memang hancur, tapi tidak pernah ada kata menyerah.”

Perjuangan dia kemudian digambarkan oleh penulis laki-laki dari Belanda, yang menggambarkan kekuatan perempuan Indonesia;

“Wanita Aceh gagah dan berani merupakan perwujudan lahiriah .... Yang tak kenal menyerah yang setinggi-tingginya, dan apabila mereka ikut bertempur, maka akan dilakukannya dengan energi serta semangat berani mati yang kebanyakan lebih dari kaum lelaki ....

“... Bahwa tidak ada bangsa yang lebih pemberani dan fanatik seperti bangsa Aceh; dan kaum wanita Aceh melebihi kaum wanita bangsa di mana pun ....”

Tidak ada sebuah roman pun yang bisa menggambarkan kekuatan dan keberanian kaum perempuan Indonesia.

***

Itu di fora publik. Di dalam, seperti dikatakan oleh Cak Lontong sama Rosi, siapa bilang di dalam rumah tangga perempuan tidak punya nilai—bahkan nilai ekonomis?

Ada satu puisi yang menarik banget, Wiji Thukul bilang begini:

“ibu pernah mengusirku minggat dari rumah
tetapi menangis ketika aku susah
ibu tak bisa memejamkan mata
ketika adikku tak bisa tidur karena lapar
ibu akan marah besar
bila kami merebut jatah makan
yang bukan hak kami
ibuku memberi pelajaran keadilan
dengan kasih sayang
ketabahan ibuku
mengubah rasa sayur murah
menjadi sedap

ibu menangis ketika aku mendapat susah
ibu menangis ketika aku bahagia
ibu menangis ketika adikku mencuri sepeda
ibu menangis ketika adikku keluar penjara

ibu adalah hati yang rela menerima
selalu disakiti oleh anak-anaknya
Penuh maaf dan ampun
kasih sayang ibu
adalah kilau sinar kegaiban Tuhan
yang membangkitkan haru insan

dengan kebaikan
ibu mengenalkan aku kepada Tuhan”

***

Kuncinya:
Perempuan, di dalam atau di luar rumah, bukan objek limpahan keputusan laki-laki. Tapi perempuan, juga subjek pembuat keputusan. Terima kasih. (Maman Suherman)
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

99 Mutiara Hijabers

99 Mutiara Hijabers
Klik gambar untuk membeli

Bandung Konveksi Kaos

Bandung Konveksi Kaos
konveksi kaos murah
Diberdayakan oleh Blogger.

Arsip Blog

Twitter