Kang
Maman – Generasi 90-an
Kebahagiaan
itu sederhana: Memasuki lorong waktu, menelusuri masa lalu, dan bernostalgia. Apalagi
jika kita kembali ke era 90-an, dengan ikon-ikonnya yang hadir hari ini,
T-Five, Coboy, kita akan temukan apa yang disebut-sebut oleh banyak orang bahwa
lagu-lagu 90-an itu “keren dan nge-hits” karena liriknya puitis, memiliki
kedalaman makna, orisinal, digarap sungguh-sungguh, ngangenin, dan evergreen—abadi,
tak lekang oleh zaman, yang membuat kita ikhlas menjadikan generasi 90-an
seperti lirik Coboy: Sungguh kusayang kamu. [segmen 2]
***
Tak cuma bicara
cinta, generasi 90-an, di era narasi tunggal Orde Baru yang kerap antikritik,
tetap bisa melahirkan lirik lagu yang kritis. Mengkritisi anak-anak pejabat
yang bermewah-mewah, yang arogan—bukan karena prestasi tapi karena suapan
ayah-bundanya—dan hidup dalam ketiak orang tuanya. Secara satire, NEO menyebut
mereka sebagai “kaum borju”.
Dan,
terhadap borju, yang belagu, hanya ada satu kalimat, mari teriak bersama:
MUKE LU JAUH! [segmen 4]
***
Malam ini
membuktikan, musik 90-an itu liriknya memang puitis dan ngangenin.
Saking puitisnya, tiga lagu dari T-Five, Coboy, dan ME, misalnya, jika kita
penggal-penggal liriknya lalu disatukan, bisa menjadi lagu baru yang sangat
indah dan dalam makna cintanya. Dengarkan ini;
Kau!
Tiada
kata terucap 'tuk ungkapkan isi hati
Dan kau
beri aku asa yang datang mengisi hidupku
Mendekatlah
padaku
Rentangkan
tanganmu di dadaku
Rasakan,
oh kasih
Getaran
cinta yang ada di dadaku
Semua itu
karena dirimu
Semua
untukmu
Sungguh
aku tak kuasa
Aku tak
tahu harus berkata apa
Inikah
cinta?
Sungguh
aku sayang kamu
Itulah
cinta. Itulah generasi 90-an, yang selalu merajut dan merawat cinta pada
sesama, membawa pesan indah pada kita:
Mari menebar
cinta, jangan menebar dusta, apalagi nista.
Jika cuma
bisa menebar dusta dengan belagu, teriakkan bersama apa kata NEO: “MUKE LU
JAUH... KE LAUT AJE!” (Maman Suherman)
0 komentar:
Posting Komentar