Kang
Maman – Film dan Sinetron Dulu dan Sekarang
Saya coba
menyimpulkan. Film, kata Walter Benjamin, adalah sesuatu yang menggambarkan
peleburan antara seni dan teknologi. Di Indonesia,
film layar lebar pertama yang melibatkan aktor Indonesia
adalah Loetoeng Kasaroeng [EYD: Lutung Kasarung] tahun 1926.
Menyusul Eulis Atjih [EYD: Eulis Acih] setahun kemudian, Lily
van Java, Resia Boroboedoer [EYD: Rahasia Borobudur], Setangan
Berloemoer Darah [EYD: Setangan Berlumur Darah], dan—yang paling
terkenal—Njai Dasima [EYD: Nyai Dasima].
Kritik Desy (introspeksi
Desy) sebagai orang film, sama dengan kritik sejumlah kritikus. Karena terkena
hukum industri, diproduksi secepat mungkin berdasarkan rating dan sharing
semata, terasa sangat superficial, hanya di permukaan tanpa kedalaman.
Cangkang dan wadah lebih didewakan daripada isi. Tubuh lebih dominan di-make
up daripada rasio. Ini yang menyebabkan teman-teman tadi mengatakan rindu
me-remake film lama yang sangat dalam isinya, seperti kata Ronal tadi: November
1828, Ibunda, Carok, Suci Sang
Primadona; atau juga mungkin sinetron: Salah Asuhan –
Gusti Randa-Novia Kolopaking, Sengsara Membawa Nikmat – Desy
Ratnasari-Sandy Nayoan, Tuanku Tambusai – Ucok Sumbara, atau Pengemis
dan Tukang Becak – Neno Warisman.
Jadi, remake
adalah keniscayaan, asal jangan lupa dualisme klasik Aristoteles: Jangan cuma
mengutamakan format atau bentuk, tapi juga peduli pada materi, isi, dan esensi.
[segmen 2]
***
20 Oktober
1930, muncul pertama kali di Chicago, Amerika Serikat, serial berjudul Painted
Dreams. Iklannya didominasi oleh iklan sabun dan detergen. Karena itu
disebut “soap opera” atau “opera sabun”, yang di Amerika Latin disebut
telenovela, dan di Indonesia pertama kali
disebut oleh Soemardjono, salah satu pendiri IKJ [Institut Kesenian Jakarta],
sebagai sinema elektronik (sinetron).
Opera sabun
di mana-mana di seluruh dunia bisa bertahan lama dan beribu-ribu episode, seperti
Tukang Bubur [Naik Haji] lebih dari 1.300, Tersanjung
tujuh musim (259 episode). Dan lagi-lagi teman tadi seperti merindukan drama
seri lama, misalnya: Keluarga Marlia Hardi, ACI [Aku
Cinta Indonesia], Losmen, Sayekti
[dan] Hanafi, Rumah Masa Depan, Si Doel
[Anak Sekolahan], Keluarga Cemara, untuk membuktikan siapa
bilang kualitas tidak menjual?
Pesannya
satu:
“Kalau cinta keluarga, beri tayangan yang sehat,” kata Desy, karena seperti lagu Keluarga Cemara: Harta yang paling berharga adalah keluarga. Jangan racuni anak dengan tayangan tak bermutu! [segmen 4]
“Kalau cinta keluarga, beri tayangan yang sehat,” kata Desy, karena seperti lagu Keluarga Cemara: Harta yang paling berharga adalah keluarga. Jangan racuni anak dengan tayangan tak bermutu! [segmen 4]
***
“Tampar,
Mas! Tampar aku, Mas! Tampar!” Dan nama Adam Jordan tak ada meski dia main
di Tersanjung dan Janjiku. Memang betul, dunia ini panggung
sandiwara, ceritanya mudah berubah.
Jadi, mari
bermain drama yang bermutu dalam kisah fiksi, drama, sinetron, atau film layar
lebar. Karena bermain drama di dunia fiksi berpeluang mendapatkan penghargaan
dan apresiasi. Jangan bermain drama di kisah nonfiksi. Karena siapa yang suka
bermain drama, akan menuai karma.
Terakhir:
Ayo terus
dukung film dan sinetron Indonesia yang sehat dan berkualitas! (Maman
Suherman)
saya atas nama BPK. SAMSUL dari MADURA ingin mengucapkan banyak terimah kasih kepada MBAH KARYO,kalau bukan karna bantuannya munkin sekaran saya sudah terlantar dan tidak pernaah terpikirkan oleh saya kalau saya sdh bisa sesukses ini dan saya tdk menyanka klau MBAH KARYO bisa sehebat ini menembuskan semua no,,jika anda ingin seperti saya silahkan hubungi MBAH KARYO no ini 082301536999 saya yakin anda tdk akan pernah menyesal klau sudah berhubungan dgn MBAH KARYO dan jgn percaya klau ada yg menggunakan pesan ini klau bukan nama BPK. SAMSUL dan bukan nama MBAH KARYO krna itu cuma palsu.m
BalasHapus