Kang
Maman – Diskriminasi Gender di Kantor
Gender
adalah suatu konsep yang digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan antara
laki-laki dan perempuan dilihat dari segi pengaruh sosial budaya; suatu bentuk
rekayasa masyarakat (social construction). Jadi, bukan sesuatu yang
bersifat given (takdir) atau pemberian Tuhan (divine creation).
Pendek kata, gender adalah jenis kelamin sosial, bukan jenis kelamin
yang tercipta secara kodrati. Tidak dibawa sejak lahir, melainkan dipelajari
melalui sosialisasi. Karenanya, jika ada sesuatu yang merugikan pihak-pihak
tertentu, maka hal tersebut bisa diubah.
Lahirlah
pemikiran yang tadi kita lihat dalam debat-debat. Perbedaan dan ketimpangan gender
antara laki-laki dan perempuan tidak disebabkan oleh perbedaan biologis, tetapi
merupakan bagian dari penindasan dari kelas yang berkuasa dalam relasi produksi
atau di tempat kerja, yang juga diterapkan dalam konsep keluarga.
Hubungan
suami istri tak ubahnya dengan hubungan proletar dengan borjuis, hamba dan
tuan, pemeras dan yang diperas. Setidaknya tadi terdengar, ada lima bentuk yang
mengakibatkan ketidakadilan gender—yang bisa dan harus diubah.
Satu,
subordinasi atau penomorduaan dalam kehidupan politik.
Dua,
marginalisasi atau pemiskinan perempuan dalam kehidupan ekonomi.
Ketiga,
masih ada stereotype atau pelabelan negatif dalam kehidupan budaya.
Salah satu contohnya, masih sering terjadinya dinomorduakannya pendidikan
perempuan dibanding laki-laki.
Keempat,
kekerasan terhadap jenis kelamin tertentu, umumnya terhadap perempuan yang disebabkan
oleh perbedaan gender.
Dan lima,
karena peran perempuan mengelola rumah tangga, maka perempuan banyak menanggung
beban domestik yang lebih banyak dan lebih lama (double burden).
Lalu, apa
yang diinginkan perempuan menghadapi situasi ini?
Yuanita dan
Cici Panda jelas-jelas tadi mengingatkan, perempuan bukan minta diistimewakan,
bukan menuntut special rights, tapi hanya menginginkan kesetaraan
(equal rights). Setara, seiring; bukan didera dan digiring.
“Kita datang
dari planet yang sama, bukan dari planet yang berbeda,” kata Ronal. Kita sama-sama
dari bumi. Jadi, perlakukan laki-laki dan perempuan sebagai manusia.
Terakhir:
Terhadap
laki-laki dan perempuan, kita harus adil sejak dalam pikiran. (Maman
Suherman)