Kang Maman – Di Balik Profesi
Idealnya, menjalani hidup dan profesi itu sesuai dengan apa yang kita
impikan (apa yang kita cita-citakan) sejalan dengan minat serta bakat kita,
juga jika kita bisa hidup dari profesi itu. Tetapi kehidupan tidak selamanya
berjalan ideal; impian, minat, bakat, dan bisa menghidupi kerap kali tak
berjalan beriringan. Dan seseorang pun kemudian memilih profesi bisa saja semata
karena status. Dalam arti, tentu saja seseorang yang telah punya pekerjaan akan
memiliki status yang lebih dibanding pengangguran, apalagi jika bisa mendapatkan
penghasilan yang lebih dan bisa menghidupi, juga bisa membiayai pendidikan
anak, misalnya—seperti yang disampaikan Ibu Karmineng tadi.
Dan menurut sebuah analisis psikologis, jika suatu pekerjaan sudah
menyenangkan meski bukan yang dicita-citakan, hampir pasti orang akan melupakan
cita-citanya dan tetap melanjutkan profesinya. Jadi, kata kuncinya adalah
menyenangkan dan menikmatinya.
Karenanya, tadi para panelis menemukan satu titik temu yang sama:
Profesi itu ibarat jodoh bagi kita. Idealnya, menikahi orang yang kita cintai, tapi
jauh lebih baik mencintai orang yang kita nikahi. Idealnya, menjalani profesi
yang kita cintai dan cita-citakan, tapi lebih baik lagi mencintai profesi
yang kita jalani dengan sepenuh hati.
Terakhir, jangan mencari kesempurnaan, tapi sempurnakan saja apa
yang telah kita jalani dan apa yang ada pada diri kita. (Maman Suherman)