Kang Maman – Hari Radio Nasional
Ada yang ingat
nggak Orasi 9 November 1945 ini?
“Kita toendjoekkan bahwa kita adalah orang jang
ingin benar-benar merdeka.
Dan oentoek kita, saoedara-saoedara, lebih baik kita hantjur leboer daripada tidak merdeka.
Sembojan kita tetap: MERDEKA atau MATI.
Dan oentoek kita, saoedara-saoedara, lebih baik kita hantjur leboer daripada tidak merdeka.
Sembojan kita tetap: MERDEKA atau MATI.
Toehan akan melindungi kita sekalian
Allahu Akbar! Allahu Akbar! Allahu Akbar!
MERDEKA!!!”
MERDEKA!!!”
Itulah orasi
fenomenal Bung Tomo di sebuah radio di Surabaya yang menggambarkan radio
sebagai alat perjuangan untuk membakar semangat rakyat.
Dan di alam
merdeka, radio tetap jadi bagian perjalanan sejarah; teman setia dalam
perjalanan. Kata KLa Project dalam lirik lagu Radio, “Karena radio, beban kerja yang menunggu t'lah terlupa 'tuk sesaat. Lalu lintas
menjemukan, tak kugubris tertutup oleh hingar bingarmu.” Endank Soekamti
menggambarkan, “Rock-rock radio,
nada-nadamu keras menghentak, kata-katamu yang
memberontak, kau membuat jantungku berdetak, kau membuatku ingin teriak, kau ada 'tuk membakar
semangatku.”
Radio, kau ada 'tuk membakar semangatku!
Selamat ulang tahun, Radio Republik Indonesia, selamat Hari Radio Nasional, “Sekali di Udara, Tetap di Udara.” (Maman Suherman)
Radio, kau ada 'tuk membakar semangatku!
Selamat ulang tahun, Radio Republik Indonesia, selamat Hari Radio Nasional, “Sekali di Udara, Tetap di Udara.” (Maman Suherman)
0 komentar:
Posting Komentar