Kang Maman – Arisan
Arisan sudah sedemikian “membudaya” dan ada di semua lapisan. Di sebuah
perkampungan di Bandung, ada kampung pengemis yang arisannya tiap minggu 1
orang pengemis 500 ribu, dan mereka bisa ikut arisan lebih dari satu, bahkan 4 tempat. Jadi, masih mau ngasih uang ke pengemis di jalan?
Dan seperti kata beberapa teman, ada yang bersifat regional. Betul, di
kalangan atas Indonesia, ada arisan yang hanya
diikuti oleh 10 perempuan jetset dan sosialita, nilai arisannya satu miliar
rupiah. Iurannya berkisar 30 sampai 100 juta per orang, dan setiap pengundian
digelar di hotel bintang 5, atau klub eksekutif. Puncaknya setiap tahun adalah
arisan di atas pesawat jet pribadi, dan dikocok tepat di atas [ketinggian] 27.000 kaki.
Penerbangan itu berlangsung 9 jam dengan pesawat jet pribadi, harus berakhir di
Hong Kong, dan kemudian menginap bersama di sebuah vila di Victoria Peak, sebuah
perumahan elite di kawasan Hong Kong.
Itulah fenomena arisan yang telah mengalami pergeseran makna, dari
sekadar silaturahmi yang bisa memperpanjang umur, sampai arisan super mewah
yang mencekik leher, hingga arisan berantai yang bisa membuat umur pendek
karena pesertanya ada yang bunuh diri.
Dari fenomena arisan sebenarnya kita bisa belajar beberapa hal:
[1] Di tengah kesibukan setiap orang sehingga jarak berkomunikasi sangat jauh, jarang berhubungan satu sama lain, arisan bisa menjadi ajang silaturahmi keluarga, kerabat, rekan dan sahabat. Sehingga, “jangan cuma melihat dari sisi uangnya,” kata Cak Lontong tadi, jangan cuma lihat dari sisi materinya, tapi silaturahminya.
[1] Di tengah kesibukan setiap orang sehingga jarak berkomunikasi sangat jauh, jarang berhubungan satu sama lain, arisan bisa menjadi ajang silaturahmi keluarga, kerabat, rekan dan sahabat. Sehingga, “jangan cuma melihat dari sisi uangnya,” kata Cak Lontong tadi, jangan cuma lihat dari sisi materinya, tapi silaturahminya.
[2] Dari ajang
arisan kita bisa belajar bahwa untuk menuai, kita harus menanam. Tidak ada
rezeki yang jatuh dari langit. Tanam, tuai!
[3] Untuk para istri, ingat, arisan adalah ajang silaturahmi, bukan ajang
untuk pamer kekayaan diri dan suami.
[4] Untuk para suami, arisan ajang untuk memperkuat tali silaturahmi, bukan ajang untuk mencari “pengganti” istri atau ajang untuk mencari istri lagi.
[4] Untuk para suami, arisan ajang untuk memperkuat tali silaturahmi, bukan ajang untuk mencari “pengganti” istri atau ajang untuk mencari istri lagi.
[5] Dan buat
siapa pun, silakan ikut arisan, “dari arisan piring sampai arisan bling-bling,”
kata Asri Welas, tapi jangan sampai membuat rumah tangga jadi terombang-ambing.
Dalam ‘warisan’ ada kata ‘arisan’. Jangan
gara-gara arisan rumah tangga jadi terpecah belah, seperti anak-cucu yang
gara-gara warisan bisa tega saling membunuh. (Maman Suherman)
0 komentar:
Posting Komentar