Dari Pak Jawo Kwat bisa dipetik, ‘carmuk’ atau cari muka itu baik jika bentuknya ‘pampers’ alias pamer prestasi, buktikan karya nyata, dan ide cemerlang.
Dan carmuk yang terburuk seperti berenang gaya katak; yang jika
berenang, “tangan” di depan mengusap-usap atasan, lidah terjulur keluar menjilat
atasan, sementara kaki di bawah menendang-nendang teman sejalan. Menaiki tangga
dengan menjadikan teman sebagai anak tangga, lalu berbunyi nyaring seperti
suara katak di tengah malam buta, mengaku diri paling hebat dengan perutnya
yang membuncit, hasil dari jilat atasannya.
“Carmuk,” kata Fitrop [Fitri Tropica], “cuma bikin remuk!” Orang yang punya muka, tidak akan cari muka karena carmuk, sugguh tidak charming.
Dan ingat, orang yang cari muka, begitu ketahuan belangnya, “makan omongan sendiri,” kata Fitrop, akan langsung kehilangan muka. Seperti orang yang flush di toilet, from something to nothing.
“Carmuk,” kata Fitrop [Fitri Tropica], “cuma bikin remuk!” Orang yang punya muka, tidak akan cari muka karena carmuk, sugguh tidak charming.
Dan ingat, orang yang cari muka, begitu ketahuan belangnya, “makan omongan sendiri,” kata Fitrop, akan langsung kehilangan muka. Seperti orang yang flush di toilet, from something to nothing.
Kuncinya,
untuk apa berhasil dengan cara cari muka di depan manusia, tetapi kehilangan
muka di hadapan Tuhan? (Maman Suherman)
0 komentar:
Posting Komentar