Penantian panjang itu kini telah usai sudah. Akhirnya, kertas karton putih berisi pengumuman hasil Ujian Nasional (UN) 2013 tingkat SMA/MA (untuk MAN Singkil & SMAN1 Singkil) terpampang jua di dinding depan kantor Polsek Singkil, sore kemarin. Dan alhamdulillah, seperti yang kita ketahui bersama, hampir semua siswa dari kedua sekolah tersebut dinyatakan LULUS setelah mengikuti Ujian Nasional beberapa waktu lalu.
Rasa gerah, gugup, cemas, resah, gelisah, serta takut berkecamuk dalam benak para siswa sebelum melihat hasil dari kerja keras mereka selama 3 tahun lalu saat masih menimba ilmu di bangku sekolahan.
Satu hal yang membuat para siswa/i sedikit tersenyum dan lega adalah, terjawabnya semua teka-teki tentang lulus atau tidaknya mereka yang selama ini banyak menghantui mereka melalui jejaring sosial atau alat komunikasi lainnya. Rasa haru, bangga, tawa, dan gembira dirasakan oleh mereka yang telah dinyatakan lulus. Sedangkan rasa kecewa dan duka kini tengah menyelimuti benak dan hati para siswa yang pada tahun ini belum mampu untuk meraih kata ‘lulus’ itu sendiri.
Terlepas dari itu semua, ada satu hal yang yang menurut saya patut dibanggakan oleh semua para siswa tahun ini, yaitu dengan segala “pergolakan” yang terjadi selama pelaksanaan Ujian Nasional beberapa waktu lalu, mereka masih mampu berdiri, bertahan, dan meraih kata ‘lulus’ walau tanpa
***
Hal apa yang bisa kita petik dari cerita singkat di atas?
Tanpa “P3K” (dalam medis: Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan), mereka masih mampu memperoleh kelulusan walau dengan segala keterbatasan.
Satu hal yang pasti sahabat-sahabatku sekalian, dengan kejujuran, keyakinan, kerja keras, serta doa yang selalu dipanjatkan oleh mereka kepada sang Ilahi, mampu menjawab segala persepsi dan opini yang “menghujat” mereka selama ini.
Akhir sekali, saya Irwan Syahputra Lubis mengucapkan: Selamat membuka lembaran baru untuk sahabat-sahabatku yang telah “lepas landas” dari MAN Singkil & SMAN 1 Singkil. Dan untuk sahabat-sahabatku yang saat ini tengah berhadapan dengan jurang pemisah antara harapan dan kenyataan, mengutip kalimat Bambang Pamungkas: Kita boleh saja kecewa dengan apa yang telah terjadi, tetapi jangan pernah kehilangan harapan untuk masa depan yang lebih baik.
Selesai...